Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Lagi Murah-murahnya, Saham Emiten China Diborong Investor Ritel Wall Street

Aksi beli bersih saham teknologi China di New York oleh investor ritel dalam lima sesi perdagangan terakhir mencapai angka US$400 juta.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Hiruk-pikuk investor ritel yang berburu saham selama beberapa hari terakhir telah membantu memacu reli di saham-saham emiten China yang terdaftar di AS setelah aksi jual yang berkepanjangan.

Dilansir Bloomberg, Vanda Research mencatat aksi beli bersih saham teknologi China di New York oleh investor ritel dalam lima sesi perdagangan terakhir mencapai angka US$400 juta.

Perburuan saham murah membantu mendorong Indeks Nasdaq Golden Dragon China di Wall Street naik lebih dari 13 persen dalam empat hari terakhir. Indeks tersebut mencatat saham-saham perusahaan asal China yang diperdagangkan di Wall Street.

Dengan kenaikan tersebut, indeks Nasdaq Golden Dragon China mencatat kinerja terbaik sejak akhir Juni ketika Pemerintah China memperkitat aturan terhadap perusahaan teknologi dan pendidikan yang menambah tekanan pada saham.

"Sejak tindakan keras regulasi dimulai, investor ritel meningkatkan pembelian mereka saat penurunan, sehingga menyediakan likuiditas kepada investor institusional yang keluar dari posisi beli," ungkap analis senior Vanda Ben Onatibia, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (26/8/2021).

Investor ritel cenderung kurang dapat diprediksi dibandingkan investor institusi yang lebih besar, sehingga menimbulkan keraguan atas harapan rebound pasar saham yang berkepanjangan.

Meskipun investor ritel mengejar momentum dengan saham-saham yang lebih spekulatif, permintaan umumnya menurun untuk saham ADR China segera setelah harganya mulai naik.

“Sikap ritel terhadap saham atau ETF dapat berubah dari waktu ke waktu, tetapi kami pikir permintaan lebih cenderung turun dalam beberapa hari mendatang,” kata Onatibia.

Yang pasti, rebound mulai melemah pada hari Rabu, dengan saham terkait China turun sebanyak 2,1 persen sebelum ditutup menguat tipis 0,1 persen.

Peringatan oleh Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa Gary Gensler bahwa "jam terus berdetak" pada perusahaan-perusahaan China untuk memungkinkan inspeksi audit keuangan atas risiko delisting menambah sentimen negatif.

Saham raksasa teknologi yang berbasis di China semuanya merosot di New York pada hari Rabu (25/8/2021). Saham Alibaba Group Holding jatuh sebanyak 3 persen dan Tencent Holdings Ltd turun 2,7 persen. Bank of America melaporkan riset positif, Pinduoduo Inc. juga turun sebanyak 3,3 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper