Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Merah, Pasar Menanti Rilis Neraca Perdagangan RI

Nilai tukar rupiah melemah 0,15 persen atau 22 poin menjadi 14.394,5 terhadap dolar AS dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (18/8/2021).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.10 WIB, mata uang Garuda melemah 0,15 persen atau 22 poin menjadi 14.394,5 terhadap dolar AS dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin di level 14.372,5.

Adapun, indeks dolar berjangka mengalami pelemahan 0,05 persen atau 0,043 poin ke level 93,102 dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 93,145.

Sementara itu, sejumlah mata uang Asia lain dibuka bervariasi, hingga 09.30 WIB, bath Thailand menguat 0,62 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, peso Filipina naik 0,25 persen, dan won Korea Selatan naik 0,53 persen.

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah tercatat bergerak menguat terbatas Senin (16/8/2021), setelah dolar AS cenderung mengalami pelemahan akibat data keyakinan konsumen AS yang berada di bawah ekspektasi.

Pada 16 Agustus 2021, Presiden RI Joko Widodo mengumumkan RAPBN 2022. Dalam pengumuman tersebut, defisit fiskal Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan turun menjadi 4,85 persen dari PDB dari proyeksi defisit 2021 sebesar 5,82 persen.

“Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Juli 2021. Kami memperkirakan neraca perdagangan akan meningkat menjadi US$2,3 miliar dari sebelumnya US$1,32 miliar, seiring dengan perlambatan pertumbuhan impor tahunan,” kata dia kepada Bisnis, Rabu (18/8/2021).

Sementara itu, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.350-14.475 per dolar AS pada hari ini.

Dari sentimen luar negeri, lanjut Joshua, dolar AS terpantau menguat terhadap seluruh mata uang G-10 pada penutupan Selasa (17/8/2021) waktu setempat, didorong oleh penguatan salah satu indikator manufaktur AS yakni Industrial Production.

US Industrial Production tumbuh 0,9 persen secara bulanan (month-to-month/mom), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,2 persen.

Penguatan indikator ini juga mendorong kembalinya yield US Treasury ke level 1,26 persen, yang sebelumnya mengalami penurunan di sesi perdagangan Asia. Indeks dolar tercatat naik 0,54 persen ke level 93,130 pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper