Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Tenaga Kerja AS di Atas Ekspektasi, S&P 500 Melesat Dekati Level Rekor

S&P 500 tepantau menanjak dekati level rekor dengan dipimpin oleh saham-saham di sektor keuangan dan material.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham di bursa Amerika Serikat (AS) mayoritas parkir di zona hijau pada perdagangan Jumat (6/8/2021) waktu setempat merespons data kenaikan gaji tenaga kerja AS yang di atas perkiraan. Ini memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve bergerak lebih dekat ke penarikan stimulus.

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (7/8/2021), indeks Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,41 persen menjadi di posisi 35.208,51, sementara S&P 500 naik 0,17 persen menjadi di level 4.436,52, sedangkan Nasdaq turun 0,40 persen ke 14.835,76.

S&P 500 tepantau menanjak dekati level rekor dengan dipimpin oleh saham-saham di sektor keuangan dan material. Sementara Dow Jones turut berakhir lebih tinggi berkat penguatan saham energi, keuangan, serta perusahaan terkait perjalanan dan liburan.

Adapun dorongan ekonomi dari rancangan undang-undang infrastruktur senilai US$1 triliun yang diharapkan bekerja melalui Senat AS juga membantu mendorong Wall Street mendekati level rekor, tetapi beberapa investor khawatir bahwa dua bulan ke depan pihak Washington bisa goyah.

Pasalnya, yang dipermasalahkan bukan hanya RUU infrastruktur bipartisan, tetapi anggaran yang diusulkan sebesar US$3,5 triliun dalam RUU rekonsiliasi yang dipimpin partai Demokrat. Ada juga pertikaian mengenai plafon utang, yang dapat menyebabkan penutupan pemerintah federal jika kesepakatan tidak tercapai untuk meningkatkan batas pinjaman pada Oktober.

Hanya sedikit yang berharap pemerintah AS akan gagal membayar utangnya dan menaikkan pasar target obligasi hingga US$22 triliun. Namun, beberapa analis mengatakan pertarungan plafon utang yang berlarut-larut dapat meningkatkan volatilitas di pasar saham AS, di mana valuasi telah meregang dengan harga mendekati rekor tertinggi.

Kekhawatiran lain termasuk pelonggaran kebijakan easy money oleh Federal Reserve dan kebangkitan Covid-19 yang mengancam pertumbuhan.

"Ketika saya melihat Washington, saya melihat banyak risiko," kata Steve Chiavarone, manajer portofolio dan ahli strategi ekuitas Federated Hermes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper