Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rights Issue Jumbo, Strategi Chandra Asri (TPIA) Kurangi Ketergantungan Impor

Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) bakal hadir sebagai pemodal baru TPIA lewat pembelian saham pada aksi ights issue yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) baru saja mengumumkan Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai investor strategis.

Perusahaan kilang refinery milik PTT Public Company Limited tersebut bakal hadir sebagai pemodal baru perseroan lewat pembelian saham pada aksi rights issue yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur TPIA Suryandi mengatakan saat ini perusahaan masih menunggu pernyaataan validasi dari otoritas. Rencana rights issue tersebut akan mengikuti persetujuan dari OJK selambat-lambatnya pada 30 September 2021.

"Kami masih menunggu, harapannya di Agustus bisa didapatkan," kata Suryandi Senin (2/8/2021).

Dia menegaskan, dana yang didapat melalui rights issue akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan kompleks petrokimia terintergrasi skala global kedua di Indonesia (CAP2).

"Dengan kompleks kedua ini diharapkan dapat memenuhi pertumbuhan permintaan domestik Indonesia yang terus meningkat, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0 dan menciptakan karier jangka panjang yang bernilai tinggi," ujarnya.

Dia mengatakan konstruksi yang diperkirakan memakan waktu 4 tahun-5 tahun dan akan menciptakan 25.000 lapangan pekerjaan. Total biaya proyek CAP2 ini mencapai US$5 miliar. Selain itu, CAP2 akan menggandakan kapasitas produksi saat ini 4,2 juta ton per tahun menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun.

"Dengan itu, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mengurangi ketergantungan kita pada impor," katanya.

Adapun pemegang saham utama Chandra Asri Petrochemical yaitu PT Barito Pacific., Tbk dan SCG Chemicals Co., Ltd (SCG Chemicals) setuju dengan aksi korporasi ini.

Nantinya, Thaioil akan memperoleh porsi 15 persen kepemilikan saham TPIA. Meski demikian, kepemilikan tersebut tidak akan menggerus persentase saham yang dimiliki PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan SCG Chemicals Co Ltd selaku dua investor eksisting TPIA saat ini.

"Ini adalah momen yang luar biasa bagi Chandra Asri. Hasil dari right issue akan secara signifikan meningkatkan rencana kami untuk mengembangkan kompleks petrokimia kedua kami, seiring dengan langkah Perseroan untuk mempercepat pengambilan FID [Final Investment Decision] pada tahun 2022," tutur Presiden Direktur TPIA Erwin Ciputra lewat siaran pers Jumat (30/7/2021).

Dana segar dari injeksi yang dilakukan Thaioil serta SCG melalui rights issue tersebut diperkirakan mencapai US$1,3 miliar. Jika dikonversi ke rupiah, maka angkanya setara dengan Rp18,85 triliun. Adapun modal US$ 1,3 miliar itu merupakan bagian dari investasi untuk pembiayaan CAP2 yang biaya proyeknya mencapai US$5 miliar.

Selain itu, pembangunan kompleks petrokimia kedua TPIA, yang dikenal sebagai CAP2, memang membutuhkan dana jumbo yang ditaksir bakal menyentuh US$5 miliar. Selain investasi Thaioil, dana tambahan dari aksi rights issue berikut sumber lain diharapkan bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Sebelumnya, TPIA juga telah mengumumkan kinerja keuangan yang solid pada paruh pertama tahun ini. Setelah awal yang kuat di kuartal I/2021, perseroan dapat memanfaatkan spreads produk yang sehat, keunggulan operasional yang berkelanjutan, dan ketahanan keuangan yang kuat.

Dikatakan pada 6 bulan 2021, Chandra Asri mencatatpendapatan bersih sebesar US$1,262 juta, naik 50 persen dibandingkan dengan US$839 juta pada semester I/2020. Sementara EBITDA sebesar US$275 juta.

TPIA mempertahankan Liquidity Pool sebesar US$1.2 miliar, termasuk US$762 juta dalam bentuk kas dan setara kas pada akhir kuartal II/2021.

"Kami juga telah mengurangi leverage dengan Utang Bersih Terhadap EBITDA sebesar 0.3x dan mengurangi Total Utang menjadi US$899 juta," jelas Suryandi.

Selain itu, perseroan juga mendapatkan fasilitas Kredit senilai Rp5 triliun atau US$350 juta dengan Bank Mandiri yang semakin memperkuat struktur permodalan.Pada 29 Juli 2021, TPIA mengakhiri proses pemilihan Investor Strategis dan menandatangani perjanjiandefinitif dengan Thai Oil.

Analis Senior CSA Research Reza Priyambada mengatakan terkait dengan aksi korporasi TPIA tentunya pelaku pasar berharap dengan perolehan dana besar itu dapat memberikan peningkatan value perusahaan dan kian membuat rencana ekspansi.

"Apalagi mereka juga baru mendapatkan investasi dari salah 1 perusahaan migas di Thailand maka nantinya bisa menambah kapasitas dari TPIA," kata Reza kepada Bisnis.

Menurutnya, aksi korporasi tersebut mendapat reaksi pasar atau respon pasar yang positif. "Tapi ke depannya akan seperti apa, tentu pasar akan menantikan realisasi dari pemanfaatan dana RI tersebut yang dapat menambah value perusahaannya," katanya.

Adapun pada perdagangan Senin (2/8/2021) pukul 14.35 WIB, harga saham TPIA naik 0,53 persen atau 50 poin ke level Rp9.450. Dalam setahun berjalan atau year to date (ytd) saham TPIA naik 4,13 persen. Adapun TPIA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp168,53 triliun, dengan rasio PER 35,36 kali.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper