Bisnis.com, JAKARTA – Emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) mencetak pendapatan yang melejit sepanjang semester I/2021 dibandingkan dengan tahun lalu.
Pendapatan bersih untuk enam bulan pertama 2021 meningkat 50,4 persen menjadi US$1,26 miliar dari US$839,3 juta pada periode yang sama tahun lalu sebagai akibat dari kenaikan harga jual rata-rata di semua produk terutama untuk Ethylene, Polyethylene dan Polypropylene sementara volume penjualan terus terjual habis.
Harga penjualan rata-rata lebih tinggi sebesar US$1,146/ton dibandingkan dengan US$775/ton pada semester I/2020. Harga Polyethylene dan Polypropylene naik menjadi US$1,242/T dan US$1,499/T masing-masing dari US$825/T dan US$955/T. Sementara volume penjualan relatif stabil sebanyak 1,101KT pada YTD June 2021.
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi menilai hasil ini sebagai hasil solid yang berkelanjutan di pada semester I/2021.
"Setelah awal yang kuat di kuartal pertama, Perseroan dapat memanfaatkan spreads produk yang sehat, keunggulan operasional yang berkelanjutan, dan ketahanan keuangan yang kuat," ujarnya, Jumat (30/7/2021).
Adapun, beban pokok pendapatan meningkat menjadi US$988,7 juta hingga Juni 2021 dibandingkan dengan US$851,7 juta di periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Alhasil, laba kotor tercatat selama enam bulan 2021 sebesar US$273,2 juta dibandingkan dengan Rugi Kotor sebesar US$12,5 juta pada YTD June 2020.
EBITDA meningkat secara signifikan menjadi US$275,3 juta dari US$4,5 juta pada YTD June 2020 sebagian besar didorong oleh penyebaran yang lebih baik, permintaan yang kuat untuk petrokimia Asia, penghentian pasokan di pasar AS, kekurangan kontainer, dan eksekusi yang solid dari strategi Ketahanan Keuangan Perseroan untuk kuartal tersebut.
Mengikuti pertumbuhan pendapatan yang solid, laba kotor yang lebih tinggi, dan EBITDA yang lebih tinggi, Perseroan mampu merealisasikan Laba Bersih Setelah Pajak sebesar US$164,6 juta dibandingkan dengan Rugi Bersih Setelah Pajak US$39,9 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pencapaian ini dilatarbelakangi oleh pemulihan pasar, keunggulan kompetitif CAP dan eksekusi yang solid di segala aspek
Total Aset turun 2,2 persen menjadi US$3,51 milia dari US$3,59 miliar pada 31 Desember 2020. Hal ini terutama disebabkan oleh kas dan setara kas yang lebih rendah yang mencerminkan kas bersih yang digunakan dalam operasi yang lebih tinggi ditambah dengan pajak dibayar di muka yang lebih rendah, diimbangi piutang usaha yang lebih tinggi serta persediaan.
Total Liabilitas turun menjadi US$1,64 miliar dari US$1,78 miliar pada 31 Desember 2020 sebagai akibat dari utang usaha yang lebih rendah, utang berbunga yang lebih rendah karena Obligasi Rupiah PUB I Tahap II-2018 seri A yang jatuh tempo, pembelian kembali sebagian Obligasi dolar AS, dan pembayaran pokok Pinjaman Berjangka, diimbangi dengan pinjaman bank jangka pendek dan utang pajak yang lebih tinggi.
Per 30 Juni 2021, Perseroan memiliki total posisi utang sebesar US$899,1 juta, terhadap saldo kas dan setara kas sebesar US$762 juta, sehingga posisi utang bersih secara keseluruhan sebesar US$137 juta. Utang bersih terhadap EBITDA 12 bulan terakhir (LTM) tercatat sebesar 0.3x.