Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa, Berkah PPKM Darurat?

Mata uang Asia dibuka bervariasi dengan rupee India yang memimpin penguatan, dan menyusul rupiah dibelakangnya.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Garuda dibuka perkasa pada awal perdagangan Kamis (22/7/2021), menjadi salah satu mata uang Asia yang memimpin penguatan.

Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.10 WIB, rupiah menguat 0,2 persen menjadi Rp14.514. Pada pembukaan, rupiah menguat ke posisi Rp14.500 dari penutupan sebelumnya Rp14.542,5.

Sedangkan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia menguat 0,02 persen menjadi 92,773 dibandingkan penutupan sebelumnya 92,759.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya terpantau bervariasi, won Korea Selatan dibuka menguat 0,17 persen, bath Thailand melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia menguat 0,12 persen, peso Filipina naik 0,12 persen, yen Jepang menguat 0,13 persen, rupee India melonjak 0,35 persen dan yuan China cenderung datar.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan dolar AS berdiri di ambang puncak baru sejak awal tahun ini karena kegelisahan melonjaknya infeksi Covid-19 di tengah-tengah ekspektasi kenaikan suku bunga di AS.

“Infeksi AS telah melonjak, terutama di negara bagian yang belum divaksinasi. Data ini yang mengakibatkan dolar naik karena perbedaan hasil telah bergerak melawannya,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (21/7/2021).

Sementara itu, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun ke level terendah lima bulan di bawah 1,20 persen pada awal pekan di tengah skeptisisme baru tentang rebound ekonomi yang kuat dari pandemi.

Di samping itu, investor sekarang disebut tengah menunggu keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan dirilis pada Kamis. Panduan dari ECB akan menjadi yang terbesar di cakrawala karena Presiden ECB Christine Lagarde diharapkan bernada dovish.

Sementara dari dalam negeri, Ibrahim melihat pasar mengapresiasi keputusan Presiden Joko Widodo untuk memperpanjang PPKM Darurat, yang sebelumnya berlaku pada 3-20 Juli, hingga 25 Juli 2021.

“Perpanjangan PPKM Darurat masih akan menjadi salah satu sentimen utama yang membayangi pasar Tanah Air, seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini,” tulis Ibrahim.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan berfluktuasi cenderung melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (22/7/2021) pada rentang Rp14.530 - Rp14.570.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper