Bisnis.com, JAKARTA – Potensi serapan pasar terhadap obligasi korporasi Indonesia diyakini akan tetap terjaga pada paruh kedua tahun ini. Meski demikian, munculnya gelombang kedua pandemi virus corona di Indonesia akan mempengaruhi pasokan obligasi.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, sejauh ini minat pasar terhadap obligasi korporasi di Indonesia masih cukup baik. Hal tersebut didukung oleh pergerakan imbal hasil (yield) SUN Indonesia yang mulai melandai.
“Yield SUN kita juga bergerak turun beberapa waktu lalu, sehingga investor pasti akan mencari obligasi korporasi karena kuponnya yang cukup tinggi,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (8/7/2021).
Selain itu, sepanjang semester I/2021 lalu, tingkat likuiditas pasar obligasi saat ini juga masih cukup besar. Hal ini akan memicu investor mencari aset-aset menarik untuk menaruh dananya.
Di sisi lain, perusahaan juga mulai gencar melakukan penerbitan surat utang. Hal ini dilakukan guna mengeksekusi rencana ekspansi yang tidak terjadi pada tahun lalu.
Namun, prospek pasar surat utang korporasi Indonesia ke depannya dibayangi kembali melonjaknya angka kasus positif. Akibatnya, Indonesia kini telah memberlakukan PPKM Darurat sejak 3 Juli lalu.
Baca Juga
Ramdhan mengatakan, hal tersebut akan berimbas pada keyakinan emiten untuk menerbitkan obligasi. Dengan kondisi pasar yang kurang kondusif, perusahaan akan mengkhawatirkan tingginya biaya penerbitan (cost of fund) dan kupon yang melonjak.
“Kesiapan perusahaan dalam menerbitkan obligasi pasti akan terganggu. Dengan adanya PPKM Darurat, kegiatan ekonomi tidak akan berjalan dengan optimal sehingga berimbas pada kinerjanya,” jelas Ramdhan.
Sentimen lain yang akan mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi adalah track record dan rating utang perusahaan tersebut. Umumnya, minat investor terhadap obligasi perusahaan dengan rating yang biasa saja atau track record yang kurang baik akan rendah.
Sebaliknya, rekam jejak yang baik dan peringkat utang yang stabil akan meningkatkan selera investor dan penyerapan surat utang tersebut. Selain itu, cost of fund yang dikeluarkan perusahaan juga dapat ditekan.
“Tetapi dari sisi minat pasar sepertinya akan tetap terjaga pada semester II/2021. Investor pasti akan tetap membutuhkan instrumen seperti obligasi korporasi untuk diversifikasi,” kata Ramdhan.