Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten sawit Tanah Air dinilai berpotensi menadah berkah dari dukungan World Trade Organization (WTO) terhadap sengketa pengenaan bea masuk imbalan oleh UE terhadap impor biodiesel asal Indonesia.
Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai, kendati isu deforestasi menjadi salah satu hambatan bagi emiten CPO dalam negeri untuk melakukan ekspor ke EU, tetapi saat ini mulai tampak hubungan yang membaik antara Indonesia dan EU.
“Terlebih adanya kemenangan WTO mengenai bea masuk CPO untuk produk biodiesel, ini merupakan langkah dukungan dari lembaga internasional untuk program biodiesel menggunakan CPO,” kata Azis, Selasa (26/8/2025).
Senada, Pengamat Pasar Modal Reydi Octa juga menilai bahwa dukungan dari WTO terhadap sengketa pengenaan bea masuk imbalan kepada Indonesia, merupakan angin segar bagi emiten-emiten perkebunan sawit.
Pasalnya, hal ini mampu membuka keran ekspor emiten sawit dalam negeri ke negara-negara Eropa terbuka dengan lebar. Terlebih lagi, emiten sawit Tanah Air juga berpotensi mendulang manfaat dari rencana pemerintah memproduksi B50 pada tahun mendatang.
“Sentimen ini memperkuat optimisme pasar terhadap saham sawit, apalagi jika didukung rencana B50 yang akan mendorong permintaan domestik,” katanya, Selasa (26/8/2025).
Baca Juga
Terhadap berbagai sentimen yang berpotensi mengerek kinerja emiten sawit, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).
Secara fundamental, berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, AALI mencatat pendapatan bersih senilai Rp14,44 triliun atau melesat 40,07% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semester I/2024 yang sebesar Rp10,31 triliun.
Dilihat dari kontribusi pendapatan, penjualan minyak kelapa sawit mentah dan turunannya masih menjadi motor utama top line dengan kenaikan 32,98% yoy menjadi Rp12,81 triliun.
AALI juga mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 40,13% YoY menjadi Rp702,12 miliar pada paruh pertama 2025, dari Rp501,04 miliar pada periode yang sama 2024.
Azis merekomendasikan trading buy untuk saham AALI, dengan target harga Rp7.675–7.825 dan support di area Rp6.950–Rp6.900 per lembar. Sementara itu, di lantai Bursa, saham AALI tengah rontok pada perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2025).
Harga saham AALI turun 3,34% ke Rp7.225 per lembar. Namun, sepanjang tahun berjalan, saham AALI masih mencatatkan peningkatan 16,53% YtD.
Sementara itu, Reydi Octa memberikan rekomendasi terhadap sejumlah saham sawit seperti TAPG, STAA, TBLA, hingga DSNG. Alasannya, kinerja emiten-emiten tersebut terbilang cukup solid dan ekspansif.
PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) misalnya, mencatatkan laba bersih yang terbang 75,36% year-on-year (YoY) dari Rp966,34 miliar pada 6 bulan pertama 2024.