Bisnis.com, JAKARTA - Porsi penerbitan surat utang korporasi dengan rating single-A (idA) dan bertenor pendek mengalami peningkatan, terdorong oleh tren penerimaan yang baik sehingga mampu menjadi primadona bagi para investor.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra menjelaskan bahwa sepanjang semester I/2021, total penerbitan surat utang korporasi nasional mencapai Rp43,37 triliun, terbagi dari sektor institusi keuangan Rp20,40 triliun dan noninstitusi keuangan Rp22,95 triliun.
Sementara industri yang penopang masih dipimpin multifinance (Rp8,58 triliun), lembaga pembiayaan khusus (Rp7,11 triliun), telekomunikasi (Rp4,96 triliun), dan konstruksi (Rp3 triliun).
"Multifinance akan tetap besar porsinya, walaupun mereka tujuannya refinancing, bukan untuk ekspansi usaha. Tapi saya dengar dari rekan-rekan multifinance mereka optimistisme besar, karena tentu insentif penjualan mobil itu pengaruhnya luar biasa," jelasnya, Kamis (8/7/2021).
Menurut Salyadi, multifinance dan lembaga pembiayaan khusus kebanyakan memiliki rating yang tinggi sehingga risikonya cukup rendah. Ini mendorong investor masih nyaman membeli obligasi yang dikeluarkan kedua sektor ini.
Selanjutnya, industri perbankan yang kerap berada di jajaran atas, pada periode ini hanya menerbitkan Rp2,57 triliun, terdorong oleh keadaan over-likuiditas, penyaluran kredit yang masih selektif, serta kondisi dana pihak ketiga yang melimpah. Adapun, di bawahnya, ada lembaga keuangan khusus (Rp2 triliun), pertambangan (Rp1,75 triliun), properti (Rp1,7 triliun, dan lainnya (Rp11,65 triliun).
Adapun, porsi penerbitan berdasarkan tenor, obligasi dengan tenor 3 tahun mendominasi dengan porsi 41,1 persen, disusul 1 tahun dengan porsi 34 persen, dan 5 tahun dengan porsi 15,7 persen dari total.
"Kita masih melihat bahwa tenor 5 tahun ke bawah masih mendominasi di era ketidakpastian ini. Bahkan, yang tenor satu tahun ini porsinya rekor karena bisa sampai 34 persen di semester I/2021 ketimbang sebelum pandemi yang di kisaran 18 persen," jelas Salyadi.
Selain itu, porsi penerbitan dari sisi peringkat pun mengalami pergeseran di mana korporasi dengan peringkat single-A mencapai 40 persen, disusul triple-A sebanyak 35 persen, dan double-A sebanyak 20,3 persen.
Sebagai perbandingan, sepanjang 2020 penerbitan dari triple-A sebanyak 47,4 persen, double-A sebanyak 16,4 persen, dan single-A mencapai 33,4 persen. Sementara sebelum pandemi atau periode 2019, penerbitan dari triple-A sebanyak 55,7 persen, double-A sebanyak 18,1 persen, dan single-A mencapai 20,1 persen.
"Ada dinamika di mana kalau issuer triple-A itu punya ekspektasi dan minta kuponnya sangat rendah karena mereka pikir yang punya kualitas bagus dan reputasi bagus di kondisi sekarang ini tidak banyak. Jadi, momen ini jadi kesempatan untuk menekan kupon. Selain itu, perbankan pun sebetulnya standby kalau mereka butuh pinjaman," jelasnya.
Dalam hal ini, fleksibilitas sumber likuiditas yang tinggi dari perusahaan triple-A, ditambah posisi kupon surat utang negara yang rendah, mendorong investor melirik alternatif return yang menarik.
"Jadi investor menganggap, memang suka credit profile mereka [korporasi rating tinggi], tapi kuponnya masih terbilang rendah sekali. Investor kan, juga mencari return yang bagus dalam kondisi sekarang. Jadi, kalau dilihat yang double-A dan single-A porsinya naik. Karena acceptance dari investor itu sedang baik. Memang risikonya lebih tinggi, tapi dikompensasi dengan bunga yang memadai," tambahnya.
Adapun, apabila menilik dari default rate per Juni 2021, tingkat gagal bayar korporasi non-financial naik ke 2,52 persen dibandingkan akhir 2020 di 2,20 persen, sementara korporasi financial bertahan di 0,1 persen sejak 2020 hingga semester I/2021.
Sementara default rate dari sisi rating, peringkat triple-A tidak ada gagal bayar. Adapun, tingkat gagal bayar peringkat double-A dan single-A terjadi penurunan masing-masing menjadi 0,34 persen dan 2,62 persen sampai dengan 2020, berlanjut bertahan di 0,33 persen untuk double-A dan naik menjadi 3,10 persen untuk single-A sampai Juni 2021.