Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan yang nilainya lebih dari US$1 miliar atau unikorn, Bukalapak dikabarkan akan masuk ke Bursa Efek Indonesia melalui skema IPO.
Bukalapak akan menjalani masa bookbuilding & roadshow mulai 28 Juni 2021 dan direncanakan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 29 Juli 2021. Perusahaan yang saat ini dipimpin oleh Rachmat Kaimuddin ini bakal menggunakan kode ticker “BUKA”.
Pengamat Pasar Modal Rivan Kurniawan, yang dikenal menerapkan value investing dalam berinvestasi, menyebutkan harga pelaksanaan IPO Bukalapak wajarnya sekitar Rp930-Rp932. Angka itu menghitung price to sale ratio di bawah 5 kali.
Pada 2020, Bukalapak meraih pendapatan Rp1,35 triliun. Bila dibagi dengan saham perusahaan yang beredar sebanyak 7,25 miliar, makanya angka pendapatan per saham (revenue per share) Rp186,5.
"Revenue per share Bukalapak kurang lebih per Rp186,5 per lembar. Nah, price to sale ratio wajarnya 5 kali, sehingga ketemu angka Rp930-Rp932 ," kata Rivan dalam unggahan YouTube pribadinya seperti dikutip Kamis (8/7/2021).
Baca Juga
Menurun Rivan, harga pelaksaaan IPO Bukalapak bila berada di level Rp930 bisa dikatakan murah dan terjangkau. Namun, besar kemungkinan harga IPO Bukalapak di atas level tersebut.
"Jika IPO-nya berada di Rp930 relatif murah tapi kalau harganya di atas Rp930 mungkin sudah bisa dikatakan relatif mahal," tuturnya.
Startup berbasis dagang elektronik (e-commerce) Bukalapak berencana melantai di bursa saham dengan mengincar dana hingga US$800 juta, atau Rp11,2 triliun. Artinya, aksi IPO BUKA akan menjadi yang kedua terbesar setelah IPO PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) senilai Rp12,25 triliun pada 2008 silam.
Lebih lanjut, saat IPO nanti Bukalapak bakal menawarkan saham maksimal 25 persen dari total modal yang disetor dan ditempatkan.
Jumlah tersebut termasuk opsi employee stock allocation (ESA) atau alokasi saham untuk karyawan maksimal 0,1 persen.