Bisnis.com, JAKARTA – Dampak penerapan frekuensi 5G terhadap potensi kinerja emiten telekomunikasi dinilai belum akan terlihat dalam jangka pendek.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio memaparkan secara keseluruhan, kinerja emiten sektor telekomunikasi cukup baik mengingat ekonomi yang belum pulih total akibat imbas dari kasus penambahan covid-19.
Ia mencontohkan emiten seperti PT Smarfren Telecom Tbk. (FREN) mencatat kenaikan pendapatan 20 persen menjadi Rp2,4 triliun hingga kuartal I/2021.
Emiten lain yang menorehkan kinerja positif adalah PT Indosat Tbk. (ISAT). Dengan torehan pendapatan Rp7,3 triliun atau naik sekitar 12 persen, ISAT berhasil mencatatkan laba bersih pada kuartal I/2021 setelah dalam beberapa tahun sebelumnya selalu menanggung kerugian.
Di sisi lain, Frankie mengatakan beberapa emiten lain seperti PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengalami penurunan pendapatan sebesar 3 persen menjadi Rp6,2 triliun. Hal senada juga terjadi pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) atau Telkom yang turun tipis dengan pendapatan Rp33,9 triliun, berbanding dengan pendapatan kuartal I/2020 senilai Ro34,1 triliun.
“Segmen paket data merupakan hal yang cukup penting dewasa ini, sehingga hal ini yang sepertinya menopang kinerja sektor telekomunikasi,” katanya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (29/6/2021).
Baca Juga
Sementara itu, Frankie mengatakan, dampak lelang frekuensi 5G terhadap sektor telekomunikasi belum akan terlihat signifikan dalam jangka pendek.
Frankie memaparkan, jaringan ini masih sangat terbatas cakupan areanya. Hal ini juga ditambah dengan minimnya jumlah ponsel atau gawai (gadget) yang mendukung fitur 5G. Bila ada harganya masih tergolong premium atau cukup mahal.
Ia melanjutkan, saat ini mayoritas emiten telekomunikasi juga masih memiliki pasar yang cukup besar pada jaringan 4G. Apalagi, saat ini masyarakat cenderung membeli paket jasa layanan internet bersifat komunal berupa perangkat Wifi orbit.
Frankie mencontohkan, layanan Indihome milik TLKM saat ini masih cukup diminati oleh para konsumen karena mereka telah memiliki jaringan serat optic.
Ia menambahkan dengan masih terjaganya pangsa pasar di segmen jaringan 4G, kinerja positif emiten telko dapat berlanjut sepanjang tahun ini.
Adapun, Frankie masih menjadikan saham TLKM sebagai rekomendasi utamanya. Menurutnya, diversifikasi bisnis TLKM yang cukup banyak dapat memicu pertumbuhan kinerja dalam tahun-tahun mendatang.
Hal tersebut juga didukung oleh produk layanan internetnya, Indihome, yang masih memiliki pasar yang sangat luas. Kemungkinan besar, lembaga edukasi di Indonesia seperti sekolah masih akan tetap melakukan sekolah online sampai penghujung tahun ini.
“Hal ini yang bisa mendongkrak pengguna Indihome,” imbuhnya.
Sementara itu, secara teknikal harga saham TLKM saat ini telah menyentuh level support kuat di Rp3.100 - Rp3.200. Frankie memprediksi saham TLKM dapat menembus level resistancenya pada rentang Rp3.500 - Rp3.700.
Selanjutnya, Frankie mengatakan investor juga dapat mencermati beberapa saham lain, seperti FREN dengan target harga Rp150 dan EXCL dengan target Rp2.900.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.