Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Antisipasi Pengetatan Pasar, Minyak Mentah Brent Naik Lampaui US$75 per Barel

Harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus menguat 0,32 persen atau 0,24 poin ke level US$75,14 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Brent mencapai level US$75 per barel, level tertinggi sejak dua tahun terakhir, di tengah tanda-tanda pengetatan pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus menguat 0,32 persen atau 0,24 poin ke level US$75,14 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Brent sempat menyentuh level intraday tertinggi sejak April 2019 pada level US$75,23 per barel.

Sementara itu, harga minyak WTI kontrak pengiriman Juli, yang berakhir Selasa, tidak berubah pada level $73,66 per barel di New York Mercantile Exchange.

Brent menguat tipis di perdagangan Asia setelah naik 1,9 persen di sesi sebelumnya. Pasar terus menguat dalam struktur bullish, dengan satu rentang waktu untuk WTI melebar ke rentang terluas dalam tujuh tahun terakhir.

Genscape Inc. melaporkan cadangan di pusat penyimpanan utama AS di Cushing turun pekan lalu dari level terendah sejak Maret 2020.

Patokan minyak mentah global telah menguat lebih dari 40 persen tahun ini karena rebound kuat dari pandemi di AS, China, dan Eropa mendukung peningkatan konsumsi bahan bakar.

Namun, meningkatnya jumlah kasus virus corona di beberapa bagian Asia menjadi pengingat bahwa pemulihan akan tidak merata. Bank of America Corp memperkirakan Brent bahkan dapat naik ke US$100 per barel tahun depan karena permintaan perjalanan kembali pulih.

Pendiri Vanda Insights Vandana Hari mengatakan optimisme permintaan saat ini sudah stabil dan pengetatan pasar sangat menjadi sorotan.

"Jika ada jeda dalam reli ini, kemungkinan akan datang dari sisi penawaran," ungkap Vandana, dilansir dari Bloomberg.

Di sisi lain, tindakan keras pemerintah China terhadap penyulingan swasta nasional menjadi penghambat reli penguatan harga. Batch kedua kuota impor minyak mentah 2021 yang dialokasikan untuk perusahaan swasta turun sekitar 35 persen dari tahun lalu, yang akan menghambat aliran ke sektor yang menyumbang sekitar seperempat kapasitas pemrosesan China.

Prospek minyak yang semakin bullish menambah tekanan pada aliansi OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, yang mengadakan pertemuan pekan depan untuk mempertimbangkan kembali peningkatan produksi yang telah tertahan selam pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper