Bisnis.com, JAKARTA - Bukalapak, perusahaan e-commerce yang didukung oleh Microsoft, akan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Agustus 2021.
Nilai initial public offering (IPO) terbilang cukup besar, bahkan akan menjadi urutan kedua terbesar sepanjang sejarah di bawah IPO PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) senilai Rp12,23 triliun, tetapi di atas urutan kedua, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), dengan nilai IPO Rp6,29 triliun.
Mengutip Techinasia.com pada 27 Mei 2021, DealStreetAsia menjadi media yang pertama mengumumkan rencana Bukalapak untuk melakukan penawaran umum perdana.
Ukuran saham yang dilepas ke publik masih belum diketahui. BEI mengamanatkan kepada seluruh emiten untuk memiliki rasio free float minimal 7,5 persen guna meningkatkan likuiditas pasar dan meningkatkan volume perdagangan di bursa.
Bukalapak dilaporkan sedang mempersiapkan listing AS dengan bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC), yang dapat meningkatkan nilainya menjadi sekitar US$4 miliar hingga US$5 miliar, atau sekitar Rp57,6 triliun-Rp72 triliun (kurs Rp14.400 per dolar AS)
Perusahaan e-commerce ini disebut dapat mengumpulkan minimal US$255 juta atau sekitar Rp3,24 triliun dalam debut perdagangannya di Indonesia. Mandiri Sekuritas dan UBS akan ditunjuk sebagai penjamin emisi untuk publik listing tersebut.
Baca Juga
“Kami selalu mencari peluang untuk tumbuh dan berkembang secara finansial. Namun, kami belum membuat keputusan apa pun. Fokus kami adalah menemukan strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi mitra dan pengguna di masa depan,” kata manajemen Bukalapak.
Pada April 2021, Bukalapak mengumpulkan US$234 juta (sekitar Rp3,37 triliun) dalam putaran pendanaan yang dipimpin oleh raksasa teknologi AS Microsoft, SWF Singapura GIC, dan konglomerat media Indonesia, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) atau Emtek.
Sebelumnya pada November 2020, Microsoft dan Bukalapak menandatangani kesepakatan kemitraan senilai US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun). Berdasarkan perjanjian tersebut, pemain e-niaga akan mengadopsi Microsoft Azure sebagai platform cloud-nya.
Bukalapak bergabung dengan terburu-buru IPO di Asia, di mana perusahaan telah mengejar rekan-rekan global mereka kuartal ini untuk mencapai kuartal pertama terbaik mereka untuk listing sampai saat ini. Ini didorong oleh likuiditas yang tinggi selama pandemi Covid-19, suku bunga rendah, dan pasar saham yang bangkit kembali.
Saingan berat perusahaan Tokopedia baru-baru ini bergabung dengan aplikasi super Indonesia Gojek untuk membentuk GoTo Group. Entitas gabungan ini merencanakan putaran baru penggalangan dana musim panas ini, menjelang rencana IPO akhir tahun 2021.
Sementara itu, berdasarkan pemberitaan Reuters, IPO Bukalapak memang akan dilakukan pada Agustus 2021. Dalam aksi IPO tersebut, Bukalapak menargetkan penghimpunan dana hingga US$800 juta atau setara dengan Rp11,2 triliun.
Bila terealisasi, nilai IPO tersebut akan mengalahkan ICBP, dan menempati peringkat kedua terbesar di bawah ADRO.
Menanggapi rencana IPO tersebut, VP Corporate Affairs Bukalapak Siti Sufintri Rahayu mengatakan Bukalapak terbuka untuk mengeksplorasi kesempatan agar terus bertumbuh dan berkembang secara finansial.
"Namun untuk saat ini kami belum membuat keputusan apapun. Fokus kami saat ini adalah terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang," jelasnya saat dikonfirmasi Bisnis, Kamis (17/6/2021).
Kendati begitu, pihaknya belum menjelaskan secara detail terkait rencana IPOhingga target dana yang diincar melalui aksi korporasi tersebut.