Bisnis.com, JAKARTA – Gojek dan Tokopedia resmi merger menjadi GoTo. Setelat merger, perusahaan teknologi yang menyatukan antara e-commerce, logistik, dan jasa keuangan ini berencana untuk melantai di bursa atau initial public offering (IPO).
CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengungkapkan alasan khusus di balik kesepakatan merger antara Gojek dan Tokopedia. Menurutnya, kedua perusahaan justru memiliki latar belakang bisnis yang berbeda.
“Kebanyakan bisnis yang bergabung biasanya konsolidasi. Bisnis yang sama mencari bisnis serupa terus bergabung menjadi satu. Artinya konsolidasi pasar untuk mencari efisiensi. Menariknya nih Gojek dan Tokopedia enggak melihat dunia seperti itu. Gojek dan Tokopedia sangat berbeda. Kita justru saling melengkapi,” ungkap William dalam Channel YouTube Podcast Deddy Corbuzier, Selasa (15/6/2021).
William menyebutkan saat ini Tokopedia memiliki mitra UMKM berjumlah lebih dari 10 juta. Sementaa itu, Gojek memiliki mitra driver lebih dari 2 juta.
Mengacu dari data tersebut, dia menyimpulkan GoTo memiliki akses ke 100 juta masyarakat di Indonesia yang menggunakan aplikasi Gojek dan Tokopedia.
Menurutnya, alasan hadirnya GoTo karena melihat adanya permasalahan di kehidupan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan baik Tokopedia dan Gojek sama-sama menawarkan sebuah solusi untuk masalah tersebut.
“Kita lahir dengan melihat masalah lalu menciptakan solusi, ternyata solusi itu diterima masyarakat dan juga mendapat kepercayaan masyarakat,” ungkapnya.
Baca Juga
William menyatakan jika dilihat dari sisi ekonomi, Tokopedia dan Gojek masing-masing menyumbang 1 persen terhadap perekonomian nasional. Dengan bergabungnya kedua perusahaan tersebut, maka GoTo telah berkontribusi sebesar 2 persen untuk perekonomian Indonesia.
“Kita berharap kita bener-bener menjadi the go to ecosystem. Berharap visi misi kita bisa satu tambah satu enggak jadi dua. Tapi tambah besar,” ujarnya.
Terkait rencana IPO, William mengaku banyak orang membandingkan kepemilikan perusahaan teknologi dengan kontrol. Dia memberi contoh Alibaba diasosiasikan dengan Jack Ma, sang pendirinya. Padahal, Jack Ma kini hanya memiliki 4,8 persen saham Alibaba.
Hal yang sama juga terjadi pada Apple dimana orang mengasosikan perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tersebut dengan Steve Jobs. Nyatanya, saham Apple yang dimiliki Steve Jobs kurang dari 1 persen.
"Roh dari perusahaan teknologi, baik masih tertutup atau sudah terbuka, dia [founder] bisa men-structure. Satu saham pendiri punya voting rights yang lebih tinggi. Artinya seperti Jack Ma atau Steve Jobs mungkin sahamnya kecil, tetapi kontrol terhadap perusahaannya besar," jelas William.
Menurutnya, tidak ada satupun pemegang saham di Tokopedia yang memiliki kepemilikan lebih dari 11 persen. William menilai kondisi di Tokopedia saat ini sebenarnya hampir seperti perusahaan terbuka. Dia mengatakan mimpi terbesar dirinya adalah membawa Tokopedia menjadi perusahaan terbuka.
"Ketika menjadi perusahaan terbuka, siapa yang memiliki perusahaan tersebut? Masyarakat. Mimpi terbesar kita bagaimana mitra pengemudi, UMKM, pengguna loyal Gojek, Tokopedia, Gopay bisa menjadi pemegang saham dan menjadi pemilik perusahaan," ungkapnya.