Bisnis.com, JAKARTA — Reksa dana pasar uang menjadi pilihan bagi investor untuk menyimpan dananya di tengah volatilitas pasar. Di sisi lain, instrumen ini juga menjadi favorit investor institusi.
Chief Investment Officer KISI Asset Management Susanto Chandra mengatakan reksa dana saham dan reksa dana pendapatan seharusnya berada dalam fase uptrend tahun ini, tetapi kenyataannya belum dapat naik secara konsisten, sehingga reksa dana pasar uang lebih diminati.
“Selama year to date tahun ini, produk reksa dana pasar uang kami juga menjadi produk yang paling diminati dibanding produk kelas aset kami yang lain mengingat imbal hasil yang diberikan relatif lebih tinggi dibanding tingkat deposito perbankan,” ujar Susanto kepada Bisnis, Selasa (1/6/2021)
Dia menjelaskan, kondisi perekonomian domestik yang belum pulih sepenuhnya akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung serta pemulihan ekonomi negara maju yang diprediksi lebih cepat pulih dibanding negara berkembang akibat tingkat vaksinasi yang lebih cepat menjadi penyebabnya.
“Kami melihat apabila vaksinasi dapat dilakukan sesuai dengan target pemerintah dan tingkat virus Covid dapat terkendali dengan baik maka secara perlahan kelas aset saham dan pendapatan tetap dapat mencetak imbal hasil yang positif,” paparnya.
Sementara itu Direktur Avrist Asset Management Farash Farich kinerja positif reksa dana pasar uang sepanjang tahun berjalan memang sesuai dengan karakter dasar instrumen tersebut yang memiliki potensi tinggi memberikan imbal hasil positif.
Baca Juga
“Karena isinya adalah deposito dan obligasi dengan durasi sangat pendek sehingga kecil dampak perubahan interest rate terhadap fluktuasi nilai pasar portofolionya. Beda dengan obligasi jangka lebih panjang dan saham,” tutur Farash, Selasa (1/6/2021)
Dia mengatakan di Avrist AM sendiri minat investor di reksa dana pasar uang terbilang tinggi khususnya oleh kalangan investor institusi yang membutuhkan instrumen untuk keperluan pengelolaan likuiditas jangka pendek.
“Bank lebih banyak di pasar uang, kalau asuransi dan dana pensiun memang masih tetap banyak alokasi di pendapatan tetap untuk mendapatkan hasil investasi rutin dan untuk matching umur aset dengan liabilitasnya,” tambahnya.
Adapun untuk investor individual lebih banyak mengincar produk reksa dana berbasis indeks saham.
Farash menuturkan, untuk situasi saat ini yang mana ekonomi membaik bertahap dan berpotensi diikuti kenaikan inflasi, instumen yang paling cocok adalah reksa dana berbasis saham, terlebih valuasi saat ini tidak mahal secara umum.
“Namun instrumen ini cocok untuk jangka panjang,” pungkasnya.