Bisnis.com, JAKARTA — Volatilitas pasar modal akibat pandemi dinilai berdampak signifikan pada industri reksa dana keseluruhan karena investor memiliki pilihan produk dari beragam kelas aset.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi (APRDI) Mauldy Rauf Makmur mengatakan para pelaku industri reksa dana mulanya mengkhawatirkan investor akan menarik dana dari investasi kolektif seiring pelemahan pasar modal akibat pandemi.
Akan tetapi, ternyata hal tersebut tidak terjadi. Alih-alih, investor mengalihkan dana mereka (switching) dari produk reksa dana berisiko tinggi seperti reksa dana berbasis saham ke produk reksa dana berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang.
“Jadi ternyata investor menyadari mereka tidak harus keluar, risky asset itu sangat berisiko jadi dia pindahkan, yang banyak jadi pilihan adalah reksa dana pasar uang karena itu paling rendah risikonya,” tutur Mauldy dalam sesi webinar, Selasa (1/6/2021)
Sebagai gambaran, mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan, per akhir 2020 lalu dana kelolaan reksa dana pasar uang tumbuh hingga 37 persen year on year, dari Rp69,17 triliun menjadi Rp94,54 triliun.
Meksipun demikian, per akhir April 2021 ini dana kelolaan reksa dana pasar uang turun tipis menjadi Rp93,34 triliun. Seiring dengan kenaikan dana kelolaan di reksa dana lain, seperti reksa dana indeks.
Baca Juga
“Reksa dana indeks dan ETF ini jadi pilihan juga. Reksa dana saham masih minus, jadi yang ingin tetap masuk saham mungkin pusing, mereka ingin yang lebih simpel jadi masuk sesuai indeks saja,” tambahnya.
Lebih lanjut, Mauldy menuturkan, di tengah kondisi pasar yang volatil saat ini reksa dana masih sangat disukai karena memberikan banyak pilihan bagi investor sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasinya masing-masing.
Selain itu, reksa dana juga menjadi instrumen investasi yang sangat cocok bagi orang yang baru mulai berinvestasi atau pemula karena memiliki tingkatan risiko yang berjenjang sehingga investor dapat mempelajari investasi secara bertahap.
“Yang dikhawatirkan kami semua dengan kondisi market seperti ini yang volatil sekali itu pada redeem, ternyata tidak. Yang terjadi sebaliknya, investor reksa dana malah tumbuh pesat dan sebagian besar investor yang baru masuk ke reksa dana pasar uang, sudah tepat,” pungkasnya.