Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan tingkat permintaan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (25/5/2021) mendatang akan tetap solid walau cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan lelang SUN pada 27 April 2021 lalu.
Senior VP Economist Bank Permata Josua Pardede menyampaikan hal tersebut karena arah pergerakan imbal hasil atau yield obligasi domestik maupun global cenderung sideways semenjak lelang April lalu.
“Sejak lelang terakhir, yield dari obligasi 10 tahun bergerak pada kisaran 6,4 persen hingga 6,5 persen,” ujar Josua saat dihubungi Bisnis, Minggu (23/5/2021).
Adapun dari sisi dampak pergerakan yield US Treasury, menurutnya memang tercatat sempat naik akibat ekspektasi pertimbangan pengetatan atau tapering berdasarkan minutes FOMC.
Namun dilihat dari pergerakannya Josua menyebutkan, yield US Treasury kembali mengalami normalisasi pada Kamis dan Jumat lalu, sehingga per Jumat (21/5/2021) ditutup pada 1,62 persen.
Oleh karena itu, shock pada imbal hasil US Treasury di hari Rabu kemarin diperkirakan tidak berpengaruh banyak pada permintaan lelang SUN mendatang ungkap Josua.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia memperkirakan lelang SUN yang akan masuk berkisar antara Rp40 triliun hingga Rp50 triliun. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan lelang terakhir dengan penawaran masuk sebesar Rp52 triliun.
Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,59 persen. Selama satu bulan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau melemah 7,2 basis poin.