Bisnis.com, JAKARTA — Porsi reksa dana berbasis sukuk paling minim di antara kelas aset lainnya, bahkan tak mencapai 1 persen dari keseluruhan dana kelolaan secara industri.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per 30 April 2021, total dana kelolaan untuk produk reksa dana berbasis sukuk atau surat utang syariah adalah Rp2,18 triliun atau hanya 0,39 persen dari total dana kelolaan reksa dana inudstri sebesar Rp568,02 triliun.
Jumlah tersebut berbanding terbalik dibandingkan dengan produk reksa dana pendapatan tetap yang memiliki aset dasar berupa obligasi surat konvensional yang mencapai Rp140,82 triliun atau 24,79 persen dari total dana keseluruhan.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kecilnya porsi reksa dana berbasis surat utang syariah lebih dikarenakan suplai sukuk yang jauh lebih terbatas dibandingkan obligasi konvensional.
Adapun dari sisi pasar, permintaan akan sukuk terbilang cukup tinggi, salah satunya karena sukuk dipandang lebih aman dibandingkan obligasi konvensional karena surat utang berlandaskan prinsip syariah ini pasti memiliki jaminan berupa aset.
“Sukuk ini jadi rebutan oleh bank syariah, asuransi syariah, reksa dana syariah; sementara penerbitan sukuk lebih kompleks daripada konvensional sehingga porsinya jadi kecil,” kata Wawan kepada Bisnis, baru-baru ini.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan dari sisi suplai penerbit cenderung lebih banyak yang memilih untuk menerbitkan obligasi konvensional karena lebih mudah dan sederhana, berbeda dengan sukuk yang mesti memiliki aset sebagai jaminan dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sesuai kaidah syariah.
Sementara itu, secara kinerja Wawan menilai sukuk memiliki kinerja yang cenderung searah dengan obligasi konvensional. Pun, bagi sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan lebih tergantung dengan rating.
“Tentu yang dicari lebih banyak sukuk korporasi, kalau sukuk pemerintah memang banyak tapi secara kinerja kan sama dengan SUN, sementara nasabah mencari imbal hasil yang bersaing dan korporasi menawarkan kupon lebih tinggi,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, dalam acara peluncuran indeks IDX-MES BUMN 17 pada akhir April lalu, Direktur Syailendra Asset Management Afrima mengatakan industri reksa dana syariah memang mengalami keterbatasan suplai aset dasar, terutama untuk reksa dana pendapatan tetap syariah.
Menurutnya, saat ini total outstanding sukuk yang beredar masih sangat kecil dibandingkan dengan obligasi konvensional sehingga manajer investasi kesulitan mencari aset dasar untuk produk reksa dana pendapatan tetap syariah.
“Jadi kita mengajak para emiten untuk menerbitkan sukuk, biar pelaku pasar punya lebih banyak pilihan dalam membangun suatu portofolio investasi berbasis syariah,” katanya kala itu.
Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan per akhir April 2021, total outstanding sukuk korporasi saat ini hanya sebesar Rp32,28 triliun dari 171 sukuk yang masih beredar. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan outstanding obligasi konvensional yang lebih dari Rp400 triliun.