Bisnis.com, JAKARTA - Emiten peritel PT Hero Supermarket Tbk. menyebut kondisi pandemi masih berdampak terhadap kinerja perseroan pada awal tahun ini.
Walaupun pendapatan masih turun, emiten dengan kode saham HERO ini mampu mengurangi rugi. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, HERO membukukan pendapatan senilai Rp1,76 triliun atau turun 32,20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp2,60 triliun.
Penurunan beban usaha menjadi Rp514,89 miliar pada kuartal I/2021 dari sebelumnya Rp774,48 miliar pada kuartal I/2020 pun membuat rugi periode berjalan HERO menipis.
Tercatat rugi periode berjalan pengelola IKEA ini senilai Rp1,64 miliar pada kuartal pertama tahun ini, berkurang dibandingkan dengan rugi Rp43,55 miliar pada kuartal I/2020.
Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall mengatakan perseroan masih menghadapi tantangan signifikan pada tiga bulan pertama tahun ini akibat pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan masyarakat yang berujung pada penurunan trafik pengunjung.
“Bisnis groseri serta kesehatan dan kecantikan perseroan secara signifikan terus terkena dampak negatif dari pandemi ini. Pembatasan-pembatasan menyebabkan perubahan dalam perilaku belanja pelanggan,” kata Patrik dalam siaran pers, Senin (3/5/2021).
Dilihat dari portofolio HERO, kinerja IKEA disebut terpengaruh oleh pembatasan kapasitas operasional, tetapi dapat diimbangi oleh pertumbuhan penjualan lewat e-commerce.
Patrik menunjukkan penurunan laba operasional total IKEA pada awal tahun disebabkan oleh penurunan profitabilitas toko karena pendapatan melemah. Sementara itu, biaya prapembukaan tercatat tinggi untuk rencana membuka toko baru tahun ini.
Hingga kuartal I/2021, IKEA Indonesia telah membuka toko ketiga di Bandung dan memperkuat posisi sebagai pemain waralaba di Indonesia. Tahun ini, HERO masih akan membuka IKEA keempat di Jakarta Garden City.
Sementara kinerja Guardian untuk bisnis kesehatan dan kecantikan serta Hero Supermarket maupun Giant untuk bisnis ritel groseri disebut Patrik mengalami penurunan akibat pengurangan jam operasional dan penutupan sejumlah mal.
“Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja supermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar yang merupakan penyewa utama di pusat perbelanjaan/mal dan merupakan tempat mayoritas dimana area toko-toko Giant berada,” jelas Patrik.