Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan pada awal perdagangan di pasar spot hari ini, Kamis (15/4/2021). Padahal, rilis data ekonomi AS tak sesuai harapan.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 0,11 persen atau 16,5 poin ke level Rp14.619 per dolar AS. Perdagangan dibuka dengan pelemahan rupiah ke level Rp14.617,5 per dolar AS.
Secara tahun berjalan, rupiah telah melemah 4,05 persen dari dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS berjangka melemah 0,01 persen ke level 91,662.
Sementara, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI per Rabu, 14 April 2021 berada di level Rp14.633 sedikit menguat dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya yang mencapai Rp14.648.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi terkoreksi pada hari ini.
“Nilai rupiah masih dapat terkoreksi dengan perkiraan pergerakan pada dalam rentang Rp14.590 - Rp14.635,” kata Ibrahim dikutip dari laporannya.
Baca Juga
Ibrahim menjelaskan dolar AS terkoreksi setelah rilis indeks harga konsumen (IHK) di AS tidak memicu kekhawatiran mengenai kenaikan inflasi dan pengetatan bank sentral walau naik lebih tinggi dari perkiraan.
Adapun, indeks harga konsumen inti (Core Consumer Price Index/CPI) AS dirilis naik 0,3 persen secara bulanan (MoM) pada Maret. Sementara, IHK di AS tumbuh 0,6 persen MoM. IHK yang merupakan parameter inflasi itu tumbuh dalam laju tertinggi dalam periode delapan setengah bulan terakhir.
“Pejabat Bank Sentral AS mengatakan ekonomi AS dapat berkembang sebesar 5 persen hingga 6 persen pada 2021 didorong oleh program vaksinasi dan bantuan fiskal yang solid. Namun, Federal Reserve belum akan menarik dananya [dari pasar],” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (14/4/2021).
Sementara itu, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data perdagangan di China yang mencakup data ekspor, impor, dan neraca perdagangan.
Dari dalam negeri, peningkatan zona merah keterpaparan Covid-19 menjadi 11 zona juga tak luput dari perhatian investor.
“Selain upaya yang dilakukan pemerintah, menurutnya perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia bergantung juga pada perilaku masyarakat dalam menerapkan perubahan perilaku,” kata Ibrahim.