Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kontraktor pelat merah atau BUMN Karya terjebak di zona merah, masih tertekan sentimen likuiditas ketat akibat pandemi.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (12/4/2021), saham PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memimpin pelemahan sebesar 4,92 persen menjadi Rp1.255 per saham hingga akhir sesi I.
Selanjutnya saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) menyusul dengan pelemahan 4,76 persen menjadi Rp1.000.
Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) melemah 3,59 persen menjadi Rp1.075 dan saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) melemah 3,40 persen menjadi Rp1.420.
Adapun, kinerja keuangan BUMN Karya tertekan akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan sejumlah proyek baru maupun yang berjalan tertunda. Tak hanya itu, pandemi juga menghalangi proses divestasi yang menjadi jalan keluar bagi BUMN Karya dengan tingkat utang tinggi.
Pos utang dan arus kas pun menjadi salah satu fokus BUMN Karya untuk perbaikan kinerja pada tahun ini.
Baca Juga
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, jumlah liabilitas empat emiten BUMN Karya meningkat 2,55 persen dari Rp207,16 triliun pada 2019 menjadi Rp212,24 triliun pada 2020.
Analis memberikan rekomendasi yang variatif untuk keempat emiten BUMN Karya. Kekhawatiran mengenai masa pandemi yang tak kunjung berakhir hingga posisi likuiditas masing-masing perseroan menjadi perhatian.
Analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo, Arnanto Januri, dan Karen Li menilai PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) masih akan kesulitan likuiditas mengingat kas dan setara kas turun 86,89 persen menjadi Rp1,21 triliun dari sebelumnya Rp9,25 triliun pada akhir 2020.
Sementara itu, total utang Waskita Karya yang senilai Rp66 triliun terdiri dari utang jangka pendek senilai Rp29 triliun.
Dengan neraca keuangan yang lemah, Waskita Karya diperkirakan pulih dalam laju lambat pada 2021 karena perseroan dinilai tidak memiliki kapasitas untuk menyerap proyek baru.
Oleh karena kinerja WSKT diperkirakan tertinggal dibandingkan BUMN Karya lainnya, J.P. Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi underweight untuk saham WSKT dengan target harga Rp1.200.
Sementara itu, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) juga diberi rekomendasi underweight dengan target harga Rp1.600. J.P. Morgan Sekuritas menilai total utang jangka pendek WIKA sekitar Rp21 triliun yang lebih tinggi dari posisi kas sekitar Rp15 triliun menjadi risiko.
Di sisi lain, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian memberikan rekomendasi beli untuk WIKA dengan target harga Rp2.000. Menurut Joey, WIKA akan menjadi pendulang untung dalam pembangunan infrastruktur kembali setelah pandemi mengingat neraca keuangannya yang cukup kuat dengan net gearing sebesar 1,6 kali sementara rata-rata di industri 2,1 kali.
“Kami perkirakan ada pemulihan pendapatan yang akan menutupi kenaikan bunga. WIKA saat ini diperdagangkan pada 0,6 kali PBV, termurah kedua di sektornya,” tulis Joey dalam riset terbaru.
Sementara itu, saham PT PP (Persero) Tbk. juga masih direkomendasikan beli dengan target harga Rp1.800.
Joey memilih PTPP sebagai top picks di sektor konstruksi karena memiliki valuasi PER dan PBV paling murah masing-masih sebesar 18,9 kali dan 0,63 kali. Selain itu, rekomendasi PTPP juga diperkuat oleh posisi neraca keuangan perseroan yang sehat dan order book mencapai Rp90 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.