Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup anjlok pada perdagangan Selasa (30/3/2021).
Pada pukul 15.00 WIB atau akhir sesi II, IHSG ditutup turun 1,55 persen atau 95,37 poin menuju 6.071,44. Sepanjang hari ini, indeks bergerak di rentang 6.046,47-6.170,67.
Baca Juga
Seluruh sektor kompak memerah. Begitu pula dari seluruh saham yang diperdagangkan, hanya 122 saham yang mampu menghijau, sedangkan 374 memerah, dan 133 lainnya menguning alias stagnan.
Kapitalisasi pasar berada di kisaran Rp7.188,2 triliun. Adapun nilai transaksi yang tercatat sekitar Rp10,18 triliun jelang penutupan, dengan investor asing yang melakukan aksi jual bersih atau net sell mencapai Rp345,95 miliar di seluruh pasar.
Sejumlah saham jumbo terpantau anjlok, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang terkoreksi 4,66 persen menuju Rp4.500. Diikuti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang turun 4,13 persen menjadi Rp5.800.
Saham BBRI juga menjadi yang paling banyak dilego asing dengan net sell Rp289,4 miliar. Selanjutnya, saham PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan net sell Rp79,9 miliar, dan saham ASII koreksi 2,26 persen menuju Rp5.400.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan minimnya data makro ekonomi domestik maupun global yang berpotensi memberikan pengaruh positif membuat pergerakan IHSG rentan.
Selain itu, dia menyebut IHSG juga tertekan akibat adanya sentimen negatif dari pasar modal Amerika Serikat yang tengah memerah akibat kegagalan pemenuhan margin call sejumlah bank jumbo global.
“Adanya dampak daripada Archegos Capital Management yang gagal memenuhi margin call turut memberikan sentimen negatif yang memberatkan kinerja IHSG pada hari ini,” ujar Nafan kepada Bisnis, Selasa (30/3/2021).
Analis Indo Premier Sekuritas Mino menilai, jika melihat dari pergerakan seluruh sektor yang berada di zona negatif dan tren bursa Asia hari ini yang juga cenderung melemah, sentimen utama penekan laju indeks bersifat makro.
“Satu-satunya yang bersifat makro adalah pelarangan mudik karena membuat proses pemulihan ekonomi lebih lambat karena ada pembatasan aktifitas ekonomi dalam hal ini mudik,” kata Mino.
Di sisi lain, dia juga menyebut beberapa faktor yang turut menjadi sentimen negatif bagi pergerakan indeks antara lain laporan keuangan yang mengecewakan dari emiten, serta turunnya beberapa harga komoditas seperti nikel, timah, batu bara dan emas.