Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Bumi Serpong Damai (BSDE) Terpicu Relaksasi LTV

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia membolehkan rasio loan to value mencapai 100 persen atau dengan kata lain uang muka nihil untuk kriteria kredit properti tertentu.
Tengara BSD City di kawasan Bumi Serpong Damai. BSD City merupakan salah satu proyek yang digarap oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk./bsdcity.com
Tengara BSD City di kawasan Bumi Serpong Damai. BSD City merupakan salah satu proyek yang digarap oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk./bsdcity.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti Grup Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk. diperkirakan akan menikmati relaksasi yang diberikan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terkait kredit properti. Sejumlah lini bisnisnya pun diperkirakan terus tumbuh pada 2021 ini.

Emiten properti dengan sandi BSDE ini menargetkan prapenjualan atau marketing sales sebanyak Rp7 triliun sepanjang tahun ini.

Direktur BSD Hermawan Wijaya mengatakan perseroan akan mengusung strategi organik dengan menjual produk properti di proyek eksisting untuk mencapai target prapenjualan.

Dia menambahkan, penjualan properti akan didukung oleh beragam insentif seperti relaksasi kredit.

"Kami memandang prospek industri properti kian membaik di 2021. Terlebih pemerintah memberikan beragam insentif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk properti," tulis Hermawan dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Minggu (28/2/2021).

Dia menuturkan, kebijakan relaksasi kredit amat membantu calon pembeli maupun pengembang.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia membolehkan rasio loan to value mencapai 100 persen atau dengan kata lain uang muka nihil untuk kriteria kredit properti tertentu.

Hermawan mengatakan, BSD menargetkan prapenjualan 63 persen penjualan residensial (rumah tapak), 23 persen penjualan komersial (termasuk kavling tanah, ruko / ruko dan kondominium) dan 14 persen penjualan tanah ke perusahaan Joint Venture (JV).

Dengan demikian, jika dikalkulasikan produk properti residensial sebesar Rp4,4 triliun, Rp1,6 triliun untuk properti komersial, penjualan tanah Rp1 triliun. Alhasil, total target prapenjualan mencapai Rp7 triliun.

Kawasan residensial yang ditargetkan memberikan kontribusi positif adalah: BSD City, Nava Park dan The Zora di BSD City, Grand Wisata, Kota Wisata, Grand City Balikpapan, Taman Banjar Wijaya dan Legenda Wisata.

Adapun di kawasan komersial yang ditargetkan memberikan kontribusi positif antara lain: kawasan komersial BSD City, Apartment The Element, Apartment Southgate, Apartment Akasa dan Upper West di BSD City, Apartment Aerium dan Klaska Residence.

Adapun, Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa mengungkapkan relaksasi LTV akan memperkuat penjualan residensial. BSDE memiliki kesempatan untuk memanfaatkan relaksasi terbaru dari loan to value (LTV).

Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia tanggal 18 Februari, ketentuan LTV properti akan diturunkan mulai Maret hingga Desember 2021.

Berdasarkan ketentuan sebelumnya, untuk kredit kepemilikan rumah pertama kali, rasio LTV sepenuhnya terserah bank diskresioner. Umumnya bank memberikan fasilitas pendanaan sekitar 80 persen--90 persen, artinya persyaratan 10 persen--20 persen dibebankan kepada pelanggan yaitu uang muka.

Berdasarkan yang baru bank dapat memberikan fasilitas hingga 100% dengan tetap memperhatikan risiko profil pelanggan. Ketentuan tersebut berlaku baik untuk pinjaman rumah (KPR) maupun apartemen Hak Tanggungan (KPA).

"Pada 2020, 65% pembelian rumah di BSDE dilakukan melalui KPR, sementara pembayaran tunai 25% dan sisanya 10% adalah angsuran tunai," katanya.

Selama pandemi Covid-19, BSDE juga berencana mengidentifikasi peluang pasar yang bisa muncul sepanjang tahun. Perusahaan menghabiskan Rp90 miliar untuk iklan, promosi dan komisi di 3Q20 yang meningkat hampir dua kali lipat dari kuartal sebelumnya.

Ciptadana pun mempertahankan rekomendasi beli dengan TP lebih tinggi Rp1.470 per lembar sahamnya. TP yang baru terangnya menawarkan kenaikan lebih dari 10 persen dari harga pasar saat ini.

"Kami memasukkan angka pra-penjualan tahun penuh 2020 yang berkinerja buruk dan target kenaikan tahun penuh 2021 ke dalam perkiraan pendapatan kami dan sekarang pendapatan 2020 dan 2021 kami bergeser sebesar masing-masing turun 0,9 persen dan naik 3,6 persen menjadi Rp5,86 triliun dan Rp6,04 triliun," urainya.

Sementara itu, laba bersih tahun penuh 2020 dan 2021 berubah menjadi turun 0,2 persen dan naik 8,6 persen menjadi Rp587 miliar dan Rp1,43 triliun. Pihaknya juga optimistis pasar properti akan berkembang pasca pandemi dan menerapkan diskon rata-rata lebih dari pergerakan dalam 5 tahun.

Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian mengungkapkan target pertumbuhan 8 persen pada marketing sales sepanjang 2021 merupakan target yang konservatif.

Terlepas dari penjualan pemasaran tahun 2020 yang kuat, BSDE mengharapkan pertumbuhan penjualan pemasaran yang moderat naik 8 persen menjadi Rp7 triliun. Sejalan dengan asumsi Sucor sebesar Rp6,9 triliun, terutama didukung oleh penjualan produk inti, rumah tinggal senilai Rp4,4 triliun.

Selain itu, BSDE juga mengharapkan JV penjualan tanah mencapai Rp1 triliun pada 2021F saat kinerja pada 2020 sebesar Rp181 miliar seperti transaksi yang sebenarnya ditunda mulai 2020 dan akan dipindahkan ke 2021.

"Terlepas dari situasi pandemi, BSDE melaporkan penjualan pemasaran sebesar Rp6,5 triliun pada tahun 2020, yang berada di atas asumsi kami meningkat 108 persen. Pencapaian ini adalah yang terbaik di antara emiten properti yang mencatat penurunan rata-rata 20 persen dalam penjualan pemasaran mereka," urainya.

Selain produk residensial, segmen produk komersial BSDE (Ruko dan Kantor toko) kemungkinan akan menjadi salah satu tulang punggung target prapenjualan 2021, dengan Rp800 miliar kontribusi turun 4 persen.

BSDE akan terus fokus pada strategi peluncurannya produk komersial kompak, karena strateginya telah membuahkan hasil pada 2020 dengan prapenjualan aktual mencapai Rp831 miliar dari target Rp300 miliar.

"Valuasi tetap menarik di bawah PBV historis 5 tahun dan diskon untuk RNAV. Kami yakin BSDE akan memiliki potensi pemeringkatan ulang mengingat penjualan pemasarannya yang superior kontribusi dan tingkat penerimaan rata-rata yang kuat lebih dari 60 persen," katanya.

BSDE saat ini diperdagangkan pada 0,67x PBV atau diskon besar 71 persen dari perkiraan RNAV rata-rata sektor 1,0x dan 68 persen, masing-masing, yang juga di bawah 5 tahun rata-rata historis.

"Kami mempertahankan panggilan BELI kami di BSDE dengan TP lebih tinggi dari Rp1.500 per saham. TP kami dulu diturunkan menggunakan metode blended PBV dan diskon RNAV sebesar 0.9x dan 69% yaitu rata-rata diskon PBV dan RNAV 5 tahun BSDE," urainya.

BSDE tetap menjadi pilihan utama kami 2021 dengan cadangan lahan yang sangat besar seluas 4.743ha, strategi harga produk yang lebih rendah di bawah Rp2 miliar dan penilaian yang menarik.

Di sisi lain, risiko investasi BSDE ada pada kondisi pandemi yang berkepanjangan mengakibatkan penurunan marketing sales dan pendapatan berulang.

Selain itu, persetujuan hipotek yang ketat oleh bank dan peningkatan atau apresiasi US$ yang sesuai mengakibatkan beban nilai tukar atau foreign exchange.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper