Bisnis.com, JAKARTA – PT PP Presisi Tbk. membukukan kontraksi laba cukup dalam selama masa pandemi tahun 2020.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020 yang dipublikasikan di harian Bisnis Indonesia, emiten dengan kode saham PPRE ini mencatatkan pendapatan Rp2,33 triliun, turun 39,35 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp3,85 triliun pada 2019.
Tekanan pendapatan pun menggerus laba perseroan. Sepanjang tahun lalu, laba dari anak usaha PT PP (Persero) Tbk. ini anjlok 82,32 persen yoy menjadi Rp58,56 miliar dari sebelumnya Rp331,27 miliar.
Sementara itu, pos total aset perseroan turun 11,14 persen yoy menjadi Rp6,89 triliun hingga akhir 2020 dibandingkan tahun sebelumnya Rp7,76 triliun.
Secara rinci, liabilitas turun 11,84 persen yoy menjadi Rp4,05 triliun dan ekuitas juga turun 10,12 persen menjadi Rp2,84 triliun.
Adapun, untuk mendorong kinerja pada 2021 ini PPRE akan mendalami kontrak di bisnis jasa pertambangan.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Keuangan PPRE Benny Pidakso mengatakan perolehan kontrak baru dari sektor nonkonstruksi ditargetkan mendominasi pada tahun ini.
Hal itu seiring dengan ekspansi perseroan ke sektor jasa pertambangan khususnya nikel.
Pada 2020, Benny menunjukkan kontrak baru dari sektor nonkonstruksi pada mencapai 10,50 persen dari total kontrak baru yang didapatkan perseroan.
“Ke depan ini kita coba perbesar nonkonstruksi bisa di atas 50 persen. Saat ini target memang masih berimbang 50:50 untuk konstruksi dan nonkonstruksi,” kata Benny.
PPRE membukukan total kontrak baru senilai Rp2,82 triliun di sepanjang 2020. Perinciannya, sebanyak 89,50 persen berasal dari sektor konstruksi dan 10,50 persen dari sektor non konstruksi.
Sedangkan dari sumbernya, proyek dari PP Group berkontribusi sebesar 81,60 persen, pemerintah 2,60 persen, dan swasta 15,80 persen.