Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Naik Daun, Bagaimana Prospek Saham LSIP?

Gangguan produksi CPO tahun ini disebut bakal menguntungkan produsen sawit. Bagaimana prospek kinerja PT PP London Sumatera Tbk.?
Gedung PT PP London Sumatra Tbk di Medan./Bisnis
Gedung PT PP London Sumatra Tbk di Medan./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diperkirakan bakal menguat menyusul sejumlah katalis positif terhadap komoditas tersebut. Bagaimana prospek saham emiten CPO seperti PT PP London Sumatera Tbk?

Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan sektor agrikultur, menurutnya akan melanjutkan penguatan. Dengan adanya La Nina tahun ini, dia meyakini akan terjadi gangguan pasokan terhadap produksi CPO global. 

"Dengan demikian, ini akan menjadi risiko kenaikan harga CPO global untuk minggu ini," katanya dalam riset Selasa (2/3/2021).

Menurut Intertek Testing Services, surveyor kargo, ekspor CPO Malaysia pada 1-25 Februari meningkat 7,9 persen MoM (month on month) menjadi 919.765 ton, dan ini akan menjadi risiko kenaikan harga CPO global untuk minggu ini. 

"Secara keseluruhan, menurut kami harga CPO global akan diperdagangkan lebih tinggi, mengingat beberapa katalis positif yang akan datang minggu ini," katanya

Untuk itu, dia merekomendasikan buy saham emiten  PP London Sumatra Indonesia (LSIP) dengan target harga  Rp1.590. Berdasarkan konsensus analis di Bloomberg, sebanyak 17 dari 20 analis merekomendasikan buy untuk saham LSIP.

LSIP membukukan pendapatan Rp3,5 triliun pada 2020, turun 4,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, laba rugi LSIP pada 2020 melonjak menjadi Rp696 miliar (+ 174,1 persen year on year).

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

"Pencapaian yang kuat ini karena COGS [cost of good sales] yang lebih rendah. Jika kami merinci hal ini, kami menemukan bahwa COGS yang lebih rendah didorong oleh biaya produksi yang lebih rendah yang mencapai Rp2,5 triliun (-16,5 persen year on year)," jelasnya.

Bahkan, lanjutnya, ada kemungkinan pihaknya mempertahankan TP untuk LSIP karena mempertahankan asumsi harga CPO global rata-rata setahun penuh 2021-2022 masing-masing pada 3.000 ringgit per ton dan 3.200 ringgit per ton.

"Kami percaya bahwa keunggulan kompetitif terkuat LSIP akan tetap datang dari neraca yang sehat dengan posisi kas bersih dalam jangka panjang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper