Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas jenis reksa dana membukukan kinerja positif sepanjang Februari 2021. Reksa dana saham menjadi jawara, sedangkan reksa dana pendapatan tetap masih di posisi paling bawah dan menjadi satu-satunya yang mencetak return negatif.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham yang digambarkan dalam Infovesta 90 Equity Fund Index menjadi jawara dengan raihan imbal hasil 3,90 persen secara bulanan (month on month/MoM) untuk periode 29 Januari hingga 26 Februari 2021.
Kinerja reksa dana saham terdongkrak indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berhasil rebound 6,47 persen pada periode tersebut, setelah mengalami koreksi yang cukup dalam di akhir Januari lalu.
Sebaliknya, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang diilustrasikan dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index masih terus tertekan. Investasi kolektif berbasis kelas aset obligasi ini mencetak return negatif 1,08 persen MoM.
Imbal hasil negatif reksa dana pendapatan tetap terseret pelemahan harga obligasi pemerintah. Terlihat dari kinerja Infovesta Government Bond Index yang negatif 0,90 persen. Padahal, Infovesta Corporate Bond Index mencetak kinerja positif 0,44 persen.
Reksa dana campuran yang diilustrasikan dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index berhasil mendapat rapor positif dengan return 1,85 persen sepanjang Februari, terdorong oleh kinerja kelas aset saham.
Sementara itu, reksa dana pasar uang yang dilihat dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index juga mencetak return positif yakni 0,29 persen.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan reksa dana pendapatan tetap tertekan oleh tren pelemahan harga obligasi pemerintah yang terjadi belakangan ini.
“Sebulan terakhir secara harga [obligasi pemerintah] memang ada penurunan, di samping tahun lalu kan sudah naik sekali kemungkinan tertekan profit taking juga. Tapi kalau yang [obligasi ] corporate oke,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (1/3/2021)
Wawan mengatakan meski tren penurunan harga kemungkinan masih akan terjadi dalam jangka pendek, investor tak perlu khawatir karena menurutnya kinerja reksa dana pendapatan tetap akan pulih seiring tahun berjalan.
Dia menilai secara fundamental obligasi pemerintah masih baik-baik saja, apalagi belum lama ini Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan yang seharusnya dapat memantik kenaikan harga obligasi.
Selain itu, imbal hasil obligasi juga akan terbantu oleh pendapatan dari kupon sehingga akan terjadi kenaikan return di usai pembayaran kupon obligasi. Sebagai informasi kupon obligasi pemerintah biasanya dibagikan 6 bulan sekali sedangkan obligasi korporasi 3 atau 6 bulan sekali.
“Harusnya nanti di tengah tahun positif lagi, kupon itu average-nya 6 persen, kalau paruh tahun 3 persenan, sudah sangat oke. Apalagi kalau nanti harga [obligasi] sudah kembali ke fundamentalnya,” tutur Wawan.
Sementara itu untuk reksa dana saham, Wawan mengatakan tren positif kinerja berbasis aset berisiko tinggi itu masih akan berlanjut seiring dengan sentimen pemulihan ekonomi dan pelaksanaan vaksin yang semakin massif.
“Sepanjang terus ada optimisme dari program vaksin, kurva melandai, aktivitas terus berangsur pulih, akan positif untuk saham, karena aktivitas normal artinya emiten bisa punya kinerja yang normal lagi,” pungkas dia.