Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Penguatan Yield Obligasi AS, Begini Prospek Lelang SUN Indonesia dari Analis

Penguatan imbal hasil US Treasury menjadi tanda bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar obligasi AS. Pasalnya, risiko yang ada pada US Treasury terbilang lebih minim dibandingkan dengan emerging market seperti Indonesia.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat membayangi prospek lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (2/3/2021) mendatang.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, prospek lelang SUN akan dibayangi oleh tren kenaikan yield obligasi AS (US Treasury). 

Dia memprediksi hasil penawaran pada lelang SUN besok diperkirakan berada di kisaran Rp45 triliun – Rp65 triliun.

Nico menjelaskan, penguatan imbal hasil US Treasury menjadi tanda bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar obligasi AS. Pasalnya, risiko yang ada pada US Treasury terbilang lebih minim dibandingkan dengan emerging market seperti Indonesia.

“Hal ini juga diikuti oleh capital outflow dari pasar surat utang Indonesia yang mulai terlihat beberapa waktu belakangan,” katanya saat dihubungi pada Minggu (28/2/2021).

Kenaikan yield US Treasury menimbulkan tekanan pada pasar obligasi Indonesia. Hal tersebut terlihat dari pelemahan tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia selama beberapa pekan terakhir.

Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun adalah sebesar 6,671 persen. Angka tersebut menunjukkan pelemahan sebesar 37,2 basis poin selama sebulan belakangan.

Dia melanjutkan, pelemahan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia akan membuat investor-investor yang mengikuti lelang pekan depan akan cenderung meminta kupon yang tinggi. 

Di sisi lain, hal ini dihindari oleh pemerintah karena akan berimbas pada tingginya biaya penerbitan (cost of fund).

“Berdasarkan hal tersebut, sepertinya serapan untuk lelang minggu depan tidak akan begitu maksimal,” lanjutnya.

Kendati demikian, dia menilai prospek pasar surat utang Indonesia masih cukup baik untuk tahun ini. Hal tersebut salah satunya didukung oleh pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, terkait intervensi kenaikan yield US Treasury.

Nico menuturkan, adanya sejumlah kebijakan yang disiapkan oleh The Fed untuk mencegah kenaikan imbal hasil US Treasury yang berkelanjutan, akan berdampak positif bagi penguatan yield surat utang Indonesia.

Selain itu, menurutnya, keyakinan investor terhadap pasar obligasi Indonesia juga masih cukup kuat. Hal tersebut didukung oleh kesediaan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pembelian obligasi Indonesia di pasar perdana.

“Kebijakan ini akan meningkatkan kepercayaan diri investor untuk masuk ke pasar surat utang domestik nantinya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper