Bisnis.com, JAKARTA — Pemesanan Surat Berharga Ritel (SBN) ritel seri ORI019 menyentuh RP9,05 triliun atau 75,46 persen dari target pemerintah sebesar Rp12 triliun.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring, Sabtu (6/2/2021) pukul 09.00 WIB, total penjualan ORI019 telah menyentuh Rp9,05 triliun. Adapun batas pemesanan tercantum sekitar Rp2,94 triliun dari target total Rp12 triliun.
Masa penawaran dibuka sejak 25 Januari 2021 hingga 18 Februari 2021 mendatang. Artinya investor masih memiliki sekitar 12 hari untuk melakukan pemesanan ORI019 melalui mitra distribusi yang ditunjuk.
Jumlah minimum pemesanan untuk SBN ritel pertama di tahun ini tersebut adalah Rp1 juta, sedangkan maksimal pemesanan sebesar Rp3 miliar. Tanggal setelmen pemesanan ORI019 adalah 24 Februari 2021.
ORI019 sendiri menawarkan kupon sebesar 5,57 persen pertahun dengan jatuh tempo 2 tahun, tepatnya 15 Februari 2024. Kupon akan dibayarkan secara bulanan setiap tanggal 15 setiap bulannya. ORI019 juga merupakan seri tradable atau dapat diperdagangkan.
Sebagai perbandingan, ORI seri sebelumnya yaitu ORI018 memiliki kupon 5,70 persen, dengan tenor sama-sama 3 tahun dan akan jatuh tempo 15 Oktober 2023. ORI018 mencatatkan penawaran masuk Rp12,97 triliun, di atas target pemerintah Rp10 triliun
Baca Juga
Sebelumnya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan angka pemesanan ORI019 juga berpotensi melewati target pemerintah di angka Rp10 triliun.
Menurutnya, kendati ORI019 menawarkan kupon lebih rendah dibandingkan dengan seri sebelumnya yakni ORI018, besaran kupon ORI019 cukup ideal mengingat suku bunga acuan saat ini juga lebih rendah dibandingkan waktu penerbitan ORI018.
“Sekarang tren suku bunga sedang rendah jadi dia ikut turun juga, tapi kalau dibandingkan dengan instrumen lain di ritel dia masih lebih tinggi,” tutur Ramdhan beberapa waktu lalu.
Dia menyebut minat investor terhadap instrumen satu ini masih cenderung tinggi apalagi di awal tahun masyarakat masih antusias untuk berinvestasi. Selain itu likuiditas di masyarakat juga masih deras.