Bisnis.com, JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berencana melantai di Bursa Efek Indonesia sebaiknya segera memperbaiki kinerja keuangannya. Respons pasar terhadap rencana ini juga dinilai akan positif.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, secara keseluruhan, kinerja BUMN yang telah melantai di bursa cenderung variatif. Hans menjelaskan, emiten BUMN di sektor perbankan terbilang lebih baik dibandingkan bidang usaha lainnya.
Sementara itu, sektor-sektor seperti konstruksi dan properti amat mengkhawatirkan. Pasalnya, kinerja perusahaan pada sektor ini amat tergantung pada kondisi perekonomian domestik dan internasional.
Ia mencontohkan, kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang sejauh ini cukup baik. Meski demikian, pandemi virus corona yang terjadi pada akhirnya akan berdampak pada penjualan dan pendapatan perusahaan.
"Sektor seperti konstruksi dan properti amat berisiko mengalami penurunan kinerja. Apalagi ditengah kondisi yang sedang berusaha pulih dari pandemi," jelasnya saat dihubungi pada Kamis (4/2/2021).
Namun, ia mengatakan citra BUMN sebagai perusahaan terbuka dinilai masih bagus. Hal ini dinilai akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi di perusahaan pelat merah.
Baca Juga
Untuk itu, Hans menyarankan kepada calon-calon emiten dari BUMN untuk segera memperbaiki kinerja keuangan sebelum resmi melantai. Hal tersebut wajib dilakukan guna menarik minat lebih banyak masyarakat untuk berinvestasi.
Selain itu, calon emiten BUMN juga wajib memiliki rencana bisnis yang jelas. Hal tersebut agar perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang stabil dan bahkan tinggi.
"Fundamental menjadi penting. Cadangan kas harus dijaga, utang wajib ditekan, agar risiko berinvestasi dapat berkurang," ujarnya.
Sementara itu, Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan, penurunan kinerja yang dialami BUMN yang telah berada di lantai bursa lebih disebabkan oleh kurang optimalnya good corporate governance (GCG).
Hal tersebut, lanjutnya, juga ditambah dengan BUMN yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah. Ia mencontohkan, sektor infrastruktur mendapat penugasan untuk membangun banyak jalan tol dan fasilitas terkait dapat menekan kinerja perusahaan.
"Selain itu, pandemi virus corona juga semakin menekan kinerja," katanya.
Menurut Toto, prospek IPO BUMN masih bagus untuk tahun ini. Ia mengatakan, apabila BUMN berencana melantai pada tahun ini, perusahaan sebaiknya melakukannya pada paruh kedua tahun 2021.
Menurutnya, pada semester II/2021, dampak pandemi virus coroba sudah dapat dikendalikan dengan optimal. Hal ini dengan asumsi jangkauan vaksinasi sudah lebih luas.
"Artinya, roda ekonomi kembali bisa diputar lebih cepat," katanya.
Lebih lanjut, Toto memprediksi respon pasar akan positif karena prospek yang akan ditawarkan. Ia mencontohkan PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel yang merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).
Menurutnya, Mitratel memiliki pangsa pasar yang sangat kuat di bisnis pengelolaan menara telekomunikasi. Hal tersebut dinilai akan meningkatkan daya tarik Mitratel saat akan melantai.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kapitalisasi 20 BUMN yang telah melantai di bursa telah berpengaruh besar terhadap pergerakan IHSG.
"Sepanjang IPO di tawarkan oleh BUMN atau anak BUMN yang masuk kategori blue chip, menurut saya akan dapat respon baik dari pasar," katanya.