Bisnis.com, JAKARTA — Sejalan dengan pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, sejumlah perusahaan pelat merah memang telah mengungkapkan rencananya untuk masuk pasar modal pada 2021-2023. Siapa sajakah mereka?
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah BUMN termasuk anak-cucu perusahaannya untuk masuk ke pasar modal melalui skema initial public offering (IPO).
“Kita akan me-listing-kan lebih banyak BUMN lagi, anaknya atau cucunya. Di pipeline—saya nggak mau bilang angka fix-nya nanti dicari-cari—tapi ada 8 sampai 12 yang kita akan go public,” kata Erick ketika memberikan sambutan di pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis (4/2/2021).
Lebih lanjut, Erick menargetkan BUMN-BUMN yang tengah ada dalam pipeline tersebut bisa melantai di Bursa dalam kurun waktu 3 tahun ke depan, atau hingga 2023 mendatang.
Jika mengacu pada arsip pemberitaan Bisnis sebelumnya, setidaknya ada 18 BUMN yang pernah menyatakan rencananya untuk membawa induk maupun anak usahanya masuk Bursa dalam rentang waktu 2021-2023.
Salah satu yang telah mantap melakukan IPO, juga kerap disebut-sebut oleh Erick Thohir, adalah anak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. yakni PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel.
Baca Juga
Anak usaha Telkom di bidang infrastruktur menara telekomunikasi tersebut dijadwalkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia secepat-cepatnya kuartal terakhir tahun ini.
VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan mengatakan dalam lini masa yang direncanakan perseroan, initial public offering (IPO) Mitratel dapat dilakukan antara kuartal IV/2021 hingga paruh pertama 2022 dengan tetap memerhatikan kondisi pasar modal.
"Jadi saat ini masih dalam tahap persiapan, untuk mengawal agar proses IPO dapat dilakukan sesuai rencana,” katanya kepada Bisnis, awal Januari 2021.
Tak hanya itu, cucu usaha Telkom, PT Fintek Karya Nusantara atau LinkAja, juga disebut akan masuk pasar modal. Perusahaan teknologi finansial yang dimiliki Telkom melalui PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) ini direncanakan bisa IPO sekitar 1,5 tahun lagi atau 2022 mendatang.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan para pemegang saham, yang di antaranya juga terdapat beberapa BUMN lain, terbuka atas segala kemungkinan pendanaan, termasuk melakukan penawaran umum saham perdana.
“Rencana [IPO] ada, tapi exact time-nya belum, lihat kondisi dulu. Kalau 1,5 tahun lagi mungkin, but not now,” ujarnya akhir November 2020 lalu.
Selain Telkom, PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) turut berencana membawa beberapa anak usahanya untuk IPO.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan bahwa terdapat beberapa anak usaha yang berpotensi untuk melakukan penawaran umum perdana atau IPO dengan memperhatikan momentum waktu yang tepat.
Dari sekitar 5 anak usaha yang disebut potensial, KRAS berencana mendorong PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) untuk dapat IPO pada 2021 ini.
“Kami sempat ada diskusi sangat singkat dan belum mengerucut dengan Kementerian BUMN, arahnya mungkin KTI duluan yang sudah sangat siap, KBS juga siap, tetapi KTI lebih menarik, karena profitabilitas yang sangat baik,” ujar Silmy, Kamis (28/1/2021).
Sementara itu, sejumlah BUMN Karya juga tengah bersiap memboyong anak-anaknya ke lantai Bursa.
Pada September 2020 lalu, PT Hutama Karya (Persero) menyatakan saat ini dalam persiapan untuk membawa 3 anak usahanya sekaligus yakni PT HK Infrastruktur (HKI), PT HK Realtindo (HKR), dan PT Hakaaston (HKA) melakukan IPO.
“Persiapan seperti program yang sudah dibuat dan masih on track […] Dengan adanya Covid-19, maka rencana IPO akan diperkirakan pada 2021 atau 2022,” ujar Sekretaris Perusahaan Hutama Karya M. Fauzan kepada Bisnis, kala itu.
Kemudian, PT Adhi Karya (Persero) Tbk juga akan melepas dua anak usahanya yaitu PT Adhi Persada Gedung (AGP) dan PT Adhi Commuter Properti (ACP). Bahkan, ACP direncanakan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada medio 2021.
“Perkiraan kami, April kondisi sudah membaik. April-Juni kami sudah bisa IPO untuk anak usaha PT ACP. Kami [Adhi Karya] masih fokus ke anak karena sudah saatnya untuk IPO,” kata Direktur Keuangan Adhi Karya A. A. Gede Agung Dharmawan, awal November 2020.
Rencana untuk membawa anak usaha ke Bursa juga telah lama digaungkan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Emiten berkode WIKA itu pernah berencana memboyong PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty) untuk IPO pada 2020. Namun tertunda akibat pandemi.
Selain WIKA Realty, anak usaha lainnya yakni PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (Wikon) juga disebut bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia. Akan tetapi belum ada informasi lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Pertengahan September 2020 lalu, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menyatakan perseroan tengah mengevaluasi ulang rencana IPO Wika Realty dan Wikon dengan mempertimbangan kondisi pandemi Covid-19 dan situasi makro ekonomi.
“Kami belum bisa memastikan waktunya,” ujarnya saat itu.
Sejalan dengan WIKA, PT PP (Persero) Tbk. yang berniat membawa PT PP Infrastruktur untuk melantai pada 2021 juga menunda rencana tersebut akibat kondisi pasar yang masih tak menentu seiring pandemi Covid-19.
Emiten berkode saham PTPP itu mengharapkan dapat melepas 30 persen kepemilikan di PP Infrastruktur lewat IPO. Dari situ, perseroan ingin mendapatkan dana segar Rp1,2 triliun hingga Rp1,3 triliun.
“Kalau di bawah Rp1 triliun tidak akan IPO. PP Infrastruktur paling dekat 2022,” paparnya.
Sementara itu, BUMN operator jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berencana membawa anak usahanya yang bergerak di sektor non tol melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2023.
Corporate Secretary Jasa Marga Agus Setiawan mengatakan rencana penawaran umum saham perdana PT Jasamarga Related Business (JMRB) masuk ke dalam rencana jangka panjang Jasa Marga.
“Kami menargetkan untuk melakukan IPO JMRB pada 2023. Untuk dana yang diharapkan dapat dihimpun masih dalam kajian kami,” kata Agus kepada Bisnis, akhir November 2020.
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) mengaku masih melakukan kajian terkait rencana pelepasan saham dua anak usaha melalui penawaran umum perdana (IPO).
Selanjutnya, dua BUMN lain yakni PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) serta PT Pertamina (Persero) juga pernah menyatakan akan membawa anak-anaknya mencari pendanaan melalui pasar modal.
Pada 2020 lalu, IPC berniat melepas dua anak usahanya ke publik yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok dan PT IPC Terminal Petikemas. Sementara Pertamina menyatakan akan membawa anak usahanya ke lantai bursa pada pertengahan tahun ini.
“Di kuartal III dan kuartal IV kita akan IPO di salah satu unit bisnis kita dan bisa juga tingkatkan transparan dan profesionalitas dari unit usaha Pertamina ke depan,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Kamis (4/2/2021).
INDUK BUMN
Tak hanya anak-anak BUMN, beberapa induk BUMN juga sudah memantapkan diri untuk melantai di bursa saham Indonesia, antara lain PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero).
Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi mengatakan perseroan telah mendapat lampu hijau dari para pemegang saham untuk mencari pendanaan melalui pasar modal, tepatnya lewat skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
“Insyaallah awal 2022, awalnya memang dari rencana akhir 2021 atau awal 2022,” kata Ira ketika dihubungi Bisnis, Desember 2020.
Sementara untuk Brantas Abipraya, rencana IPO perusahaan konstruksi pelat merah ini sudah bergulir sejak 2018. Namun, Kementerian BUMN tak kunjung memberikan izin kepada perseroan untuk IPO. Rencana itu kemudian terus mundur hingga 2021.
Direktur Utama Brantas Abipraya Bambang E. Marsono mengatakan bahwa jika izin dikeluarkan, perseroan bakal IPO pada 2021. Brantas Abipraya berharap bisa mendulang dana sekitar Rp3 triliun lewat pelepasan saham ke publik.
“Kami perlu menambah equity untuk ekspansi, kira-kira kami perlu Rp3 triliun [untuk modal ekspansi],” ujarnya awal tahun 2020 silam.