Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPKM Dijadwalkan Berakhir Pekan Ini, Investor Asing Semangat Borong SUN

Daya tarik pasar surat utang Indonesia masih tinggi di mata asing, apalagi tren suku bunga rendah masih terus terjadi dan diperkirakan akan bertahan dalam beberapa tahun ke depan.
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020).  Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Partisipasi investor asing meningkat pada lelang surat utan negara (SUN) yang digelar Selasa, (2/2/2021). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dojadwalkan berakhir pekan ini dinilai menjadi salah satu sentimen pendorongnya.

Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), penawaran SUN yang masuk pada hari ini sebesar Rp83,79 triliun. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan hasil penawaran pada lelang SUN sebelumnya pada 19 Januari 2021.

Kenaikan penawaran masuk juga turut disumbang oleh investor asing. DJPPR mencatat partisipasi investor asing pada lelang hari ini mencapai 17,6 persen dari total penawaran masuk, meningkat signifikan dari lelang SUN sebelumnya yaitu sebesar 13,7 persen.

“Sejak awal tahun sebenarnya aliran asing masuk cukup signifikan ya, walaupun setelah pekan kedua Januari itu menurun, waktu PPKM berlaku. Nah ini PPKM akan selesai kayaknya asing memanfaatkan untuk masuk lagi,” kata Economic Research Pefindo Fikri C. Permana kepada Bisnis, Selasa (2/2/2021)

Menurutnya, daya tarik pasar surat utang Indonesia masih tinggi di mata asing, apalagi tren suku bunga rendah masih terus terjadi dan diperkirakan akan bertahan dalam beberapa tahun ke depan. Alhasil investor mencari instrumen dengan potensi imbal hasil yang kompetitif seperti SUN.

Selain itu, Fikri menilai sejak awal tahun investor mulai beralih dari surat utang bertenor pendek ke surat sutang dengan jatuh tempo yang lebih panjang. Menurutnya, hal tersebut wajar karena saat ini instrumen lain seperti saham yang sempat jadi primadona mulai kembali volatil.

“Jadi selain switching dari saham ke SUN, ada switching juga dari tenor pendek ke panjang atau panjang sekali. Hari ini juga, walaupun SUN seri benchmark 5 dan 10 taun paling banyak peminatnya, tapi lihat bid untuk tenor 15 tahun ke atas juga bertambah,” tutur dia.

Fikri menilai profil risiko SUN yang cenderung lebih stabil membuat investor mulai kembali pindah, baik asing maupun domestik, khususnya bagi investor institusi seperti asuransi dan dana pensiun yang mulai bebenah aset mereka di awal tahun.

Lebih lanjut, dia mengatakan meski pasar SUN juga sempat mengalami naik-turun di Januari, sekarang pergerakan nya mulai stabil dan tak perlu dikhawatirkan karena secara fundamental ekonomi Indonesia masih berada dalam tren positif.

“Kemarin inflasi 0,26 persen, seharusnya mencerminkan daya beli masyarakat mulai naik. Data pertumbuhan ekonomi 2020 belum keluar tapi kan diproyeksikan positif juga. Jadi sebenarnya tekanan cuma dari sentimen-sentimen saja seperti PPKM, angka Covid, kalau data ekonominya normal,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper