Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak beragam pada penutupan perdagangan Jumat (29/1/2021) atau Sabtu pagi WIB, setelah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat.
Mengutip Antara, sejumlah sentimen yang memengaruhi harga minyakhttps://search.bisnis.com/?q=harga+minyak adalah kekhawatiran permintaan akibat varian baru virus corona dan lambatnya distribusi vaksin. Namun, hal itu diimbangi sentimen bullish karena pemotongan pasokan minyak Arab Saudi dan turunnya persediaan minyak AS.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret turun 14 sen menjadi menetap di US$52,20 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 35 sen menjadi ditutup pada US$55,88 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak Brent telah berfluktuasi selama berhari-hari antara US$55 dan US$56 per barel, WTI bergerak antara US$52 dan US$53 per barel.
"Pembatasan di sisi permintaan karena penguncian diimbangi oleh pengurangan pasokan yang cukup di sisi lain. Ini mencegah harga jatuh atau naik ke tingkat yang signifikan," kata Analis Energi Commerzbank Research, Carsten Fritsch, dalam sebuah catatan pada Jumat (29/1/2021).
"Jumlah vaksinnya tidak ada," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, di New York. Selain itu, dia mengatakan paket stimulus ekonomi AS mungkin tidak datang cukup cepat untuk mendukung pasar.
Baca Juga
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden mendesak kongres untuk mengambil tindakan cepat atas proposal bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar AS.
"Tidak ada waktu untuk penundaan," kata Biden. “Bisa memakan waktu satu tahun lebih lama untuk kembali ke pekerjaan penuh jika kita tidak bertindak dan tidak bertindak sekarang.”
Harga minyak diperkirakan akan melayang di sekitar level saat ini untuk sebagian besar tahun 2021 sebelum pemulihan memperoleh traksi menjelang akhir tahun.
Arab Saudi akan memangkas produksi sebesar satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret. Kepatuhan atas pembatasan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, meningkat pada Januari.
Produksi minyak OPEC naik pada Januari, sebuah survei Reuters menemukan, setelah OPEC+ menyetujui pelonggaran pembatasan pasokan.
Namun, kenaikan tersebut kurang dari jumlah yang disetujui berdasarkan kesepakatan, dengan penurunan ekspor Nigeria yang tidak disengaja membatasi peningkatan tersebut.
Penarikan 9,9 juta barel dalam persediaan minyak AS minggu lalu dan perkiraan penurunan kecil dalam produksi minyak AS pada Februari memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Tetapi Stephen Brennock dari pialang PVM mengatakan pasar tetap fokus pada peluncuran vaksin "Hilangnya momentum dalam program vaksinasi akan merusak kekuatan pemulihan permintaan minyak global."