Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia stabil pada level US$52 per barel ditengah kekhawatiran pasar terhadap mutasi virus corona yang akan menghambat permintaan.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (29/1/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 1 sen ke level US$52,33 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent naik 21 sen ke posisi US$55,74 di ICE Futures Europe.
Harga minyak berjangka di New York terpantau flutuatif setelah mencatatkan koreksi terdalam selama sepekan pada Kamis kemarin. Salah satu katalis penghambat pergerakan minyak adalah munculnya varian baru virus corona.
Varian baru virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan kini telah memasuki wilayah Amerika Serikat. Sementara itu, Eropa akan memperketat aturan ekspor vaksin virus corona. Pembatasan pergerakan dan perjalanan juga mengambat konsumsi bahan bakar dari China hingga Los Angeles, AS.
Permintaan bahan bakar dari India juga sulit pulih dari dampak pandemi virus corona. Salah satu sumber menyebutkan, pemulihan permintaan bahan bakar ke level sebelum pandemi akan sangat lambat, dengan tingkat konsumsi diesel tahunan pulih sepenuhnya pada Maret 2022 mendatang.
Setelah menunjukkan pergerakan positif, harga minyak kesulitan mempertahankan relinya seiring dengan perkembangan vaksin virus corona dan pemangkasan produksi lanjutan yang dilakukan oleh Arab Saudi. Kebijakan lockdown yang kembali diberlakukan di Asia dan Eropa serta penguatan dolar AS ikut menekan pergerakan harga minyak.
Baca Juga
Founder Vanda Insights, Vandana Hari mengatakan, selama Eropa masih mengalami kekurangan vaksin dan ancaman varian baru virus corona masih membayangi, harga minyak akan terus kesulitan menguat.
“Selain itu, dukungan dari dolar AS juga mulai pudar,” Katanya dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, premi minyak acuan AS untuk pengiriman terdekat ke bulan-bulan mendatang telah kembali membentuk pola backwardation. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi contango pada beberapa waktu lalu, dimana harga kontrak pengiriman bulan depan lebih rendah daripada pengiriman enam bulan kemudian.
Di sisi lain, pasokan pasar minyak global diprediksi akan bertambah dari industri minyak serpih (shale) AS. Founder Valueworks LLC, Charles Lemonides mengatakan, eksplorasi minyak serpih di AS kemungkinan akan kembali berjalan seiring dengan level harga minyak yang saat ini berada diatas US$50 per barel.
“Level harga tersebut membuat banyak ladang minyak serpih menjadi menguntungkan,” ujarnya.