Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali melanjutkan kenaikan sejak setelah beberapa hari terakhir mengalami profit taking secara teknikal.
Tren positif ini akan terus berlanjut didorong kenaikan harga minyak kedelai serta tekanan biden kepada China akhir-akhir ini. Hal ini membuat beberapa trader futures melihat potensi turunnya produksi bji-bijian di Amerika akibat tekanan amerika ke China yang berlanjut.
Denny Huang, CEO & Founder emiten.com, mengatakan bila India dan China dengan total penduduk digabung 2,6 miliar dimana kebutuhan CPO mereka hanya ditopang Indonesia dan Malaysia saja, hal ini akan berpotensi menimbulkan kelangkaan.
"Sentimen turunnya ekspor, turunnya produksi dan turunnya harga sawit adalah siklus bertahun tahun setiap bulan Januari. Tahun 2021 ini potensi stok dan produksi sawit diprediksi akan lebih anjlok mengingat lockdown yang dilakukan malaysia. Baru setelah bulan Januari Februari harga saham CPO cenderung historikal naik," ujarnya, dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Rabu (27/1/2021).
Beberapa analis yang tergabung di platform Aplikasi Analisa Saham emiten.com merekomendasikan buy dan hold untuk sektor yang akan turnaround di semester awal 2021 ini akibat menguatnya rupiah serta harga komoditas yang membaik ditengah optimisme program vaksinasi pemerintah yang berjalan lancar.
Beberapa saham top-picks di sektor perkebunan sawit yang dapat juga dikategorikan sektor konsumsi alias hasil olahan kelapa sawit yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
Baca Juga
Menurutnya, IHSG masih merupakan tempat tujuan investasi banyak investor asing terutama di sektor yang belum bergerak, seperti perkebunan dan sektor konsumsi.
"Indonesia dengan 270 juta penduduk ini merupakan lahan menggiurkan meskipun IHSG saat ini dibayangi profit taking dan banyaknya sentimen ketidakpastian, namun antusiasme investor trader tetap bertumbuh dilihat dari pertumbuhan user emiten.com serta bertumbuhnya analis yang bergabung," tuturnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.