Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan di pasar spot. Investor masih menunggu langkah lanjutan insentif AS dan turunan UU Cipta Kerja untuk menjadi sentimen lanjutan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Kamis (28/1/2021) Pukul 09.10 WIB, rupiah melemah 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.085 per dolar AS. Adapun saat pembukaan rupiah melemah ke level Rp14.065, selama sepekan rupiah bergerak di level Rp13.610 hingga Rp16.625.
Pada perdagangan Rabu (27/1/2021) rupiah naik 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Kinerja rupiah kemarin menjadi yang terbaik ketiga di wilayah Asia. Mata uang won Korea Selatan serta rupee India menjadi jawara Asia setelah sama-sama menguat 0,20 persen.
Hari ini, rupiah cenderung tertekan oleh penguatan dolar AS karena pasar cenderung bersikap hati-hati setelah Federal Reserve AS menyatakan kekhawatiran tentang kecepatan pemulihan ekonomi, sehingga beralih ke dolar AS.
Indeks dolar AS terpantau menguat 0,033 poin atau 0,04 persen ke level 90,68 pada pukul 09.10 WIB.
Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya mendekati nol dan tidak membuat perubahan pada pembelian obligasi bulanan, berjanji lagi untuk mempertahankan pilar ekonomi tersebut sampai ada rebound penuh dari resesi yang dipicu pandemi.
Baca Juga
Analis pasar senior Western Union Business Solutions Joe Manimbo mengatakan dolar AS mendapatkan dukungan dari pesan The Fed yang lebih berhati-hati.
“Saya akan mengatakan bahwa Fed setelah mencatat moderasi baru-baru ini dalam kecepatan pemulihan menambah kekhawatiran tentang prospek jangka pendek,” ungkap Joe seperti dikutip Antara, Kamis (28/1/2021).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi perdagangan pagi ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka menguat di level Rp.14.010 - Rp.14.070.
Dari faktor eksternal, Dana Moneter Internasional meningkatkan perkiraannya untuk pertumbuhan global 2021, dengan mengatakan bahwa mereka sekarang mengharapkan ekonomi global tumbuh 5,5 persen tahun ini, kenaikan 0,3 poin persentase dari perkiraan Oktober 2020, dan produk domestik bruto global tumbuh 4,2 persen pada 2022.
Namun, varian Covid-19 menjadi peringatan baru dapat menimbulkan risiko pemulihan ekonomi. Jumlah kasus Covid-19 global juga melampaui angka 100 juta pada 27 Januari, menurut data Universitas Johns Hopkins.
Dari sisi internal, pelaku pasar sedang menunggu aturan turunan UU Cipta Kerja yang akan segera diumumkan dalam bulan depan oleh Pemerintah. Aturan ini berupa rancangan peraturan pemerintah (rpp) dan rancangan peraturan presiden (raperpres).
"Aturan turunan UU Cipta Kerja akan membuat implementasi reformasi dan transformasi struktural bisa segera dilakukan. Pemerintah juga menjamin implementasinya akan berjalan baik, sehingga tujuan dari penerbitan aturan itu tercapai," ungkapnya.
Bahkan, antusiasme dari investor pun tinggi dalam merespons penerbitan UU Cipta Kerja karena dapat memperbaiki iklim investasi. Selain itu, dapat menambah daya saing industri nasional untuk bersaing di pasar internasional.
Hal ini akan bisa membuat Indonesia meningkatkan aliran investasi ke dalam negeri, khususnya berupa investasi yang ramah lingkungan dari hulu hingga hilir. Salah satunya ke rencana pembangunan industri mobil dan baterai listrik.
"Informasi tentang turunan UU Cipta Kerja yang akan segera diumumkan membuat pelaku pasar kembali optimis, bahwa reformasi kebijakan akan segera dijalankan sehingga arus modal asing kembali masuk dalam pasar finansial dalam negeri," katanya.