Bisnis.com, JAKARTA - Emisi medium term notes atau MTN tampaknya masih akan menjadi salah satu pilihan utama jenis penerbitan surat utang oleh para emiten tahun ini.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan surat utang pada 2021 mencapai Rp140,77 triliun, lebih ramai dibandingkan dengan realisasi penerbitan surat utang 2020 Rp96,6 triliun.
Hingga 18 Januari 2021, Pefindo telah mengantongi mandat penerbitan surat utang sebesar Rp32,2 triliun yang terdiri atas 27 perusahaan.
Dari total tersebut, rencana emisi melalui skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) menempati posisi pertama dengan nilai Rp9,5 triliun, yang kemudian disusul oleh rencana emisi melalui MTN mencapai Rp8,12 triliun.
Adapun, sepanjang 2020 nilai outstanding MTN berada di posisi ketiga terbesar dari keseluruhan nilai penerbitan surat utang korporasi secara nasional. Nilai emisi MTN pada 2020 sebesar Rp6,75 triliun, tepat di bawah nilai emisi sukuk Rp7,89 triliun, dan obligasi sebanyak Rp80,05 triliun.
Lebih rinci, sektor industri makanan dan minuman berkontribusi terbesar dari penerbitan MTN 2020 sebesar Rp3 triliun, yang diikuti oleh sektor industri pulp & paper sebesar Rp2,1 triliun.
Baca Juga
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa sejumlah emiten menilai penerbitan MTN lebih menguntungkan dibandingkan dengan jenis surat utang lainnya.
“Satu sisi penerbitan MTN dianggap lebih mudah. Kedua, jangka waktu lebih pendek, dan ketiga yang utama adalah biasanya cost of fund dari penerbitan MTN itu jauh lebih murah,” ujar Nico kepada Bisnis, Senin (19/1/2021).
Selain itu, Nico menjelaskan bahwa umumnya penerbitan MTN sudah memiliki pembeli siaga, berbeda dengan jenis surat utang konvensional lainnya. Dengan demikian, penerbitan MTN kerap dijadikan pilihan utama para penerbit.
Kendati demikian, secara garis besar Nico menilai tahun ini penggalangan dana melalui pasar modal, termasuk surat utang akan kembali ramai setelah pada 2020 cukup sepi terdampak sentimen pandemi Covid-19.
Dari sisi pasokan, akan terdapat banyak kebutuhan dana dari emiten baik dengan tujuan refinancing maupun ekspansi, sedangkan dari sisi permintaan, pasar juga menanti dan membutuhkan pilihan aset instrumen yang lebih variatif.