Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona membuat nilai tukar rupiah bergejolak sepanjang 2020. Peluang penguatan pada 2021 terbuka lebar seiring dengan kemunculan paket stimulus dari Amerika Serikat dan vaksin virus corona yang akan memicu pemulihan ekonomi dunia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (30/12/2020), nilai rupiah ditutup naik 80 poin atau 0,57 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,11 persen menjadi 89,895.
Sepanjang Januari 2020, nilai rupiah mengalami penguatan setelah menembus level Rp13.900 per dolar AS. Tren tersebut pun berlanjut hingga pertengahan Februari 2020 dengan catatan tertinggi ditorehkan pada 24 Januari 2020 dengan nilai tukar yang mencapai Rp13.583 per dolar AS.
Seiring dengan terjadinya pandemi virus corona, nilai rupiah mulai kembali ke kisaran Rp14.000 per dolar AS pada Maret 2020. Pelemahan pun terus terjadi sampai nilai tukar mata uang Garuda sempat menembus Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020.
Tren negatif tersebut berlangsung hingga 7 April 2020 saat nilai rupiah berada di posisi Rp16.250 per dolar AS. Keesokan harinya, nilai rupiah meninggalkan kisaran Rp16.000 dengan mencatatkan hasil Rp15.880 per dolar AS.
Dalam periode April hingga Mei, nilai rupiah menunjukkan tren penguatan dengan perlahan-lahan meninggalkan level Rp15.000 dan kembali ke kisaran Rp14.000 pada akhir April. Sepanjang bulan Mei, nilai tukar rupiah berfluktuasi di level Rp14.000 per dolar AS.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah sempat kembali ke level Rp13.000 sesaat pada Juni lalu. Dalam rentang waktu 5 Juni hingga 9 Juni, posisi rupah ada di kisaran Rp13.878 hingga Rp13.890 per dolar AS sebelum kembali ke posisi Rp14.000 per dolar AS.
Setelah periode tersebut, nilai tukar rupiah pun kembali bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS sepanjang Juni hingga Oktober 2020. Pelemahan tertinggi pada periode ini terjadi pada 28 September 2020 saat nilai tukar di level Rp14.900 per dolar AS.
Sementara itu, pada periode November – Desember 2020, nilai rupiah kembali mengalami penguatan seiring dengan kejelasan pengembangan vaksin virus corona di dunia. Mata uang garuda bahkan sempat kembali ke posisi Rp14.065 pada 9 November 2020 lalu sebelum bergerak di level Rp14.080 hingga Rp14.200 sepanjang bulan Desember.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah sepanjang tahun 2020 memiliki volatilitas yang tinggi. Hal tersebut seiring dengan kepanikan pelaku pasar terhadap pandemi virus corona yang melanda dunia.
“Bahkan sempat mendekati level Rp17.000 pada April 2020. Tetapi, setelah kepanikan mereda, nilai rupiah cenderung kembali menguat,” katanya saat dihubungi pada Rabu (30/12/2020).
Menurut Ariston, potensi pelemahan rupiah masih terbuka pada awal 2021 mendatang. Pelaku pasar diperkirakan masih mengkhawatirkan proses distribusi vaksin virus corona yang kemungkinan belum merata ke seluruh dunia.
Belum meratanya distribusi vaksin virus corona, lanjut Ariston, dapat memicu kenaikan jumlah kasus positif virus corona di Indonesia. Hal ini akan berimbas pada lesunya nilai mata uang rupiah.
Meski demikian, ia optimistis tren pergerakan nilai rupiah akan menunjukkan hasil positif. Salah satu sentimen yang mendorong penguatan tersebut adalah optimisme pelaku pasar terkait prospek pemulihan ekonomi pada 2021 mendatang.
Selain itu, penguatan rupiah juga akan ditopang oleh respons positif pasar terhadap stimulus fiskal dari Amerika Serikat yang telah ditandatangani Presiden Donald Trump. Potensi penambahan paket stimulus pada masa pemerintahan Presiden Terpilih, Joe Biden, juga akan semakin melambungkan nilai rupiah.
“Paket stimulus yang berjalan dan prospek penambahan di tahun depan akan mendorong pelemahan dolar AS yang berdampak pada penguatan rupiah,” jelasnya.
Ariston memperkirakan, tren positif tersebut akan berjalan secara berkelanjutan pada setelah kuartal I/2021 mendatang. Nilai rupiah sepanjang tahun depan diprediksi di level Rp13.800 hingga Rp14.500 per dolar AS.
Secara terpisah, Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, prospek penguatan nilai rupiah sepanjang 2021 mendatang terbuka lebar. Ia menjelaskan, secara domestik, kondisi ekonomi Indonesia juga terbilang stabil dan bahkan lebih baik dibandingkan dengan Eropa ataupun AS.
Wahyu mengatakan, dalam jangka pendek, nilai rupiah masih berpeluang menembus level dibawah Rp14.000 selama outlook nilai dolar AS masih lemah. Apabila rupiah berhasil menembus level rerata pergerakan harian (moving average) 100 hari di level Rp13.000, maka peluang rupiah menguji kisaran Rp12.200 hingga Rp12.300 pun cukup terbuka.
“Untuk range nilai rupiah sepanjang 2021 berada di level Rp12.000 hingga Rp16.000, ruang penguatan masih cukup terbuka,” pungkasnya.