Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pasar Mulai Waspada, Bursa Asia Ditutup Variatif

indeks Topix Jepang ditutup menguat 0,3 persen, diikuti dengan kenaikan indeks S&P/ASX 200 Australia yang naik 0,59 persen. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan dan Shanghai Composite China terkoreksi masing-masing sebesar 0,62 persen dan 1 persen.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (25/11/2020). Hal ini dipicu oleh sikap investor yang menimbangi ekspektasi terhadap kejelasan vaksin dan transisi kekuasaan di AS dengan outlook ekonomi yang masih menantang ditengah pandemi virus corona.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang ditutup menguat 0,3 persen, diikuti dengan kenaikan indeks S&P/ASX 200 Australia yang naik 0,59 persen.

Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong terpantau naik 0,1 persen. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan dan Shanghai Composite China terkoreksi masing-masing sebesar 0,62 persen dan 1 persen.

Sentimen transisi Presiden terpilih Joe Biden, dan inisiatifnya untuk mengubah struktur kepemimpinan di Departemen Keuangan dengan menominasikan Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan, ditambah dengan kandidat vaksin ketiga yang menjanjikan membuat ekuitas global menanjak.

Berita vaksin Covid-19 telah memicu optimisme bahwa pemulihan ekonomi global dapat berlanjut meskipun memang masih lebih banyak berita meresahkan tentang virus mematikan tersebut.

Dengan kasus yang meningkat di lebih banyak negara bagian AS, pemerintah akhirnya memberlakukan pembatasan sosial menjelang liburan Thanksgiving.

Selanjutnya, banyak data indikator ekonomi AS, mulai dari klaim pengangguran hingga kepercayaan konsumen serta pendapatan pribadi akan segera dirilis. Risalah diskusi Federal Open Market Committee (FOMC) juga akan dirilis pada hari ini.

Head Asia Pacific Strategist Daily FX Ilya Spivak mengatakan, hasil diskusi FOMC merupakan salah satu faktor penting utama yang akan menentukan risiko pasar ke depannya.

“Pasar terlihat enggan menanggapi sentimen ini. Kekhawatiran mereka adalah The Fed akan melanjutkan langkahnya yang masih bersifat membiarkan, tidak ada pengetatan, tetapi juga tidak ada pelonggaran,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper