Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja instrumen reksa dana pendapatan tetap mencatatkan pertumbuhan yang sangat pesat didukung oleh pemangkasan suku bunga acuan berulang kali hingga ke level 3,75 persen pada November 2020.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan reksa dana pendapatan tetap masih memiliki prospek positif karena harga obligasi yang masih akan naik.
Melihat inflasi kemungkinan mulai meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dan untuk menjaga momentum capital inflow yang berjalan, maka Farash memprediksi suku bunga acuan tidak akan dipangkas lagi kedepannya.
“Hal ini dapat mendorong kembali realokasi investasi dari instrumen pasar uang ke obligasi baik oleh investor institusi maupun individu,” ungkap Farash kepada Bisnis, Jumat (20/11/2020).
Dengan demikian, prospek reksa dana dan ETF (exchange-traded fund) pendapatan tetap serta SBN dan korporasi juga masih positif terutama karena suku bunga rendah masih akan berlanjut hingga 2022.
Namun, dia menyinggung bahwa potensi capital gain dari instrumen investasi reksa dana pendapatan tetap sudah tidak akan sebanyak pada tahun ini karena ke depannya mayoritas kinerja reksa dana hanya akan dikontribusikan oleh imbal hasil kupon.
Baca Juga
“Walaupun [proyeksi reksa dana pendapatan tetap] positif ke depan, investor tetap perlu melihat selisih antara yield obligasi pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat yang saat ini semakin menyempit,” terangnya. Hal ini dianggapnya sebagai acuan untuk melihat valuasi atau potensi minat investor asing.
Farash merincikan saat ini pihaknya memiliki 7 produk reksa dana pendapatan tetap. Secara year to date, Jumat (22/11/2020), asset under management Avrist AM untuk produk reksa dana pendapatan tetap diklaimnya tumbuh sekitar 10 persen.
Terakhir, dia mengatakan pihaknya belum berencana untuk menambah produk reksa dana pendapatan tetap pada tahun depan dan lebih berfokus pada peningkatan dana unit penyertaan pada instrumen reksa dana yang sudah ada.