Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli IHSG 5 Hari Berakhir, BEI Ungkap Penyebabnya!

Pergerakan IHSG berakhir di zona merah dengan koreksi 0,4 persen ke level 5.571,66 pada sesi Jumat (20/11/2020).
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan mengakhiri penguatan beruntun yang terjadi dalam lima sesi perdagangan sebelumnya.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif pada sesi akhir pekan Jumat (20/11/2020). Pergerakan sempat menguat hingga menyentuh level resistance 5.628,442. 

Namun, pergerakan amblas ke zona merah memasuki pukul 10:00 WIB. IHSG coba kembali menguat namun hanya bertahan sementara.

Pada sesi kedua, IHSG kembali tertekan. Pergerakan berakhir di zona merah dengan koreksi 0,4 persen ke level 5.571,66 pada sesi Jumat (20/11/2020).

Koreksi itu sekaligus mengakhiri reli pergerakan IHSG yang menguat sejak perdagangan Jumat (13/11/2020). Dalam sepekan terakhir, laju indeks menguat 2,03 persen.

Berbeda dengan sesi sebelumnya, investor asing menekan pasar modal dalam negeri dengan aksi jual. Tercatat, net sell atau jual bersih mencapai Rp400,06 miliar hingga menjelang sesi penutupan.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menjadi sasaran utama aksi jual dengan net sell Rp83,00 miliar. PT Astra International Tbk. (ASII) mengekor dengan Rp70,4 miliar.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengatakan IHSG mengalami koreksi wajar. Pasalnya, laju indeks sudah naik kencang.

“Menurut saya koreksi wajar, pasti akan ada aksi take profit setelah naik kencang. Biasanya investor mau weekend dengan tenang jadi take profit dulu ya,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (20/11/2020).

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan profit taking terjadi setelah euforia penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia. Langkah itu diyakini akan meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional.

Profit taking juga terjadi setelah market euforia pada hasil pengumuman current account kuartal III/2020 yang berhasil mengalami surplus US$1 miliar dolar Amerika Serikat atau melampaui ekspektasi pasar,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper