Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terus Menguat, Kurs Jisdor Naik ke Level Rp14.015

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.015 per dolar AS, menguat 157 poin atau 1,1 persen dari posisi Rp14.172 pada Senin (9/11/2020).
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah terus menguat pada perdagangan Selasa (10/11/2020) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.015 per dolar AS, menguat 157 poin atau 1,1 persen dari posisi Rp14.172 pada Senin (9/11/2020).

Berdasarkan Bloomberg, Selasa (10/11/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau dibuka pada posisi Rp14.010 per dolar AS, menguat 0,39 persen atau 55 poin hingga pukul 09.15 WIB

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama melemah 0,02 persen ke posisi 92,707.

Berdasarkan persentase, kinerja rupiah juga terpantau menjadi mata uang terbaik di urutan ketiga di Asia tepat dibawah yen Jepang yang menguat 0,49 persen dan baht Thailand yang menguat 0,46 persen.

Adapun, rupiah parkir di level Rp14.065 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan sesi Senin (9/11/2020). Posisi itu menguat signifikan 145 poin atau 1,03 persen.

Penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin menjadi yang terbesar di wilayah Asia. Mata uang Garuda mampu mengungguli yuan China yang menguat 0,697 persen dan won Korea Selatan yang menguat 0,667 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah masih berpotensi menguat walaupun akan dibuka cenderung fluktuatif pada perdagangan Selasa (10/11/2020).

“Rupiah kemungkinan akan menguat sebesar 30 sampai 150 poin ke level Rp13.990 hingga Rp14.150 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (10/11/2020).

Ibrahim menjelaskan bahwa berlanjutnya penguatan rupiah disebabkan oleh respon pasar menyambut terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS.

Pergantian kepemimpinan dari Donald Trump ke Biden diyakini akan membawa suasana pada Gedung Putih yang lebih tenang. Hal tersebut dapat meningkatkan perdagangan dunia dan mempermudah kebijakan moneter yang akan dirancang.

Selain itu, presiden terpilih dan timnya dilaporkan sedang mengerjakan paket bantuan COVID-19 untuk membantu mengatasi pandemi virus corona yang penyebarannya kian memburuk di Negeri Paman Sam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper