Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lockdown Kembali Marak, Harga Minyak Makin Suram

Harga minyak mentah telah jatuh ke bawah level US$40 per barel seiring dengan prospek permintaan yang lesu. Sementara itu, pasokan malah bertambah dengan kembalinya Libya ke pasar minyak internasional.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia kembali jatuh menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir seiring dengan permintaan yang semakin lesu. Permintaan minyak seret karena banyak negara menerapkan lockdown untuk membendung laju penyebaran virus corona (Covid-19).

Dilansir dari Antara, Jumat (30/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Desember 2020 anjlok 3,76 persen menjadi US$36,64 per barel. 

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menetap turun 3,26 persen menjadi US$36,17 dolar per barel.Kontrak tersebut menyentuh level terendah sejak pertengahan Juni di 34,92 dolar AS.

“Para investor bereaksi terhadap kasus COVID yang melonjak - mereka bereaksi terhadap jumlah kasus baru,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, di New York. 

Kkasus Covid yang melonjak di seluruh Eropa membuat sejumlah negara menerapkan pembatasan aktivitas. Prancis akan mewajibkan orang-orang tinggal di rumah kecuali aktivitas penting mulai Jumat waktu setempat. Sementara Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan.

"Karena lockdown mulai menggigit kekhawatiran permintaan di seluruh Eropa, prospek jangka pendek untuk minyak mentah mulai memburuk," kata Kepala Strategi Pasar Global Axi, Stephen Innes.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan memantau prospek permintaan yang memburuk dengan cermat serta meningkatnya pasokan dari anggota OPEC Libya.

OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 30 November dan 1 Desember untuk menetapkan kebijakan.

OPEC+ berencana mengurangi pengurangan produksi pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari.

"[Kami] percaya bahwa produksi minyak tidak akan meningkat mulai Januari," kata analis di Commerzbank Research. "Sebaliknya, OPEC dan sekutunya (OPEC+) benar-benar perlu menerapkan pengurangan produksi lebih lanjut, mengingat prospek permintaan yang lemah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper