Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) menyatakan perkembangan vaksin hasil kerjasama dengan perusahaan bioteknologi Novavax Inc. masih sesuai dengan rencana.
Corporate Secretary Indofarma Arie Genipa mengatakan pihaknya memang sudah melakukan kerjasama dengan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut terkait pengadaan vaksin di dalam negeri.
“Vaksin kami sedang mencoba hal ini, kerjasama sudah kami lakukan. Next kita lihat saja sesuai dengan arahan holding farmasi dan Kementerian BUMN,” ungkap Arie dalam sesi Ngopi BUMN, Kamis (15/10/2020).
Arie menyatakan bahwa dalam upaya pengadaan vaksin, pada prinsipnya, emiten berkode saham INAF tersebut memiliki jaringan distribusi dan trading. Pihaknya juga sudah menyiapkan berbagai fasilitas untuk distribusi farmasi.
“Sehingga, bilamana vaksin dari Biofarma sudah rilis, kami siap mendistribusikannya ke seluruh Indonesia dengan baik dan terjangkau bagi masyarakat,” sambungnya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Novavax menyatakan sedang dalam tahap uji coba tahap 3 di Inggris bekerjasama dengan pemerintah dan satgas vaksin setempat.
Baca Juga
Dalam fase ini, perseroan akan menyuntikkan vaksin untuk 10.000 orang dengan rentang usia 18-84 tahun yang terbukti tidak memiliki penyakit penyerta. Pengujian dilakukan selama empat hingga enam minggu ke depan.
"Dengan tingkat tinggi penularan SARS-CoV-2 yang diamati dan diperkirakan akan terus berlanjut di Inggris, kami optimis bahwa uji klinis fase 3 yang penting ini akan mendaftar dengan cepat dan memberikan gambaran jangka pendek tentang kemanjuran vaksin NVX-CoV 2373,” kata Gregory M. Glenn, Ketua Penelitian dan Pengembangan Novavax dalam siaran pers, Jumat (25/9/2020).
Disisi lain, Juru Bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya juga menyatakan Indofarma telah menyiapkan ratusan juta jarum suntik untuk melakukan vaksinasi massal ke seluruh Indonesia.
Arie membenarkan bahwa rencana tersebut masih akan sesuai dengan inisiatif awal untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 300 juta jarum suntik di dalam negeri pada tahun depan.
“Kami masih on schedule dan on progress untuk jarum suntik. Insyallah bulan depan sudah mulai bisa rilis setelah kami registrasikan ke regulator,” tuturnya.
Terkait Remdesivir, perseroan juga melihat ada celah kerjasama dengan melakukan produksi obat antivirus tersebut di dalam negeri dengan skema transfer technology dengan partner terkait dalam waktu dekat ini.
Untuk diketahui, INAF memang tengah melakukan kerjasama pengadaan obat antivirus Remdesivir dengan merek dagang Desrem yang diproduksi oleh Mylan atas lisensi dari Gilead Science Inc. Foster City, Amerika Serikat.
Penggunaan obat ini juga sudah mendapatkan persetujuan dari Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia dan hanya diizinkan untuk penggunaan emergensi pada pasien Covid-19.