Bisnis.com, JAKARTA – Realisasi pendapatan prapenjualan atau marketing sales emiten properti pada kuartal III/2020 tampil tak seburuk yang dibayangkan. Pengesahan RUU Cipta Kerja pun diperkirakan mampu menggairahkan industri properti di masa yang akan datang.
Berdasarkan data dari Maybank Kim Eng Sekuritas, total marketing sales dari enam perusahaan properti kelas kakap sebesar Rp5,76 triliun atau turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang turun 23 persen yer-on-year (yoy), terlihat bahwa realisasi prapenjualan properti pada kuartal III/2020 lebih baik.
Analis Maybang Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi pun merekomendasikan beli untuk saham PWON, SMRA, CTRA, BSDE, DMAS, dan LPCK melihat ketercapaian target marketing sales sudah lebih dari separo.
Sebelumnya, Aurellia menyebut tren kenaikan prapenjualan emiten properti bisa berlangsung hingga akhir tahun ditopang oleh pipeline proyek masing-masing perusahaan dan pinjaman KPR dari bank yang terus berjalan.
Adapun, dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada bulan lalu dinilai tidak akan terlalu signifikan terhadap industri properti.
Baca Juga
“Kami tetap memandang positif sektor pengembang yang memiliki kekuatan dalam menghadapi krisis, seperti PWON, CTRA, SMRA, dan BSDE,” tulis Aurellia, seperti dikutip pada Rabu (14/10/2020).
Kepala Riset dan Strategi J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo menuliskan dalam laporan terbarunya bahwa Omnibus Law akan menjadi katalis positif di pasar saham dengan saham sektor properti menjadi salah satu yang akan diuntungkan.
“Potensi tekanan [salah satunya] dari realisasi aliran investasi langsung asing setelah Omnibus Law dieksekusi pada masa pandemi Covid dan tantangan resesi global,” tulis Henry, seperti dikutip pada Rabu (14/10/2020).
Adapun, J.P. Morgan Sekuritas Indonesia memilih saham PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) dari kelompok saham sektor properti yang dapat dicermat iinvestor.
Target harga PWON ditetapkan senilai Rp344 per saham sementara SMRA diperkirakan menuju Rp555 per saham.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menunjukkan bahwa saham sektor properti mencetak kenaikan tertinggi sepanjang bulan lalu sebesar 14,5 persen secara bulanan.
“Reli itu didorong oleh berita positif mengenai rencana pemerintah memberikan stimulus pajak PPh dan rencana untuk menghilangkan pajak luxury terhadap properti [PPnBM],” tulis Hariyanto.