Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana mengalami penurunan pada September 2020. Dana kelolaan turun karena terdampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di Jakarta.
Mengacu pada data Infovesta Utama, dana kelolaan reksa dana turun 1,98 persen menjadi Rp531,52 triliun.Data yang sama menjabarkan seluruh jenis reksa dana kompak mengalami penurunan dana kelolaan.
Dana kelolaan campuran tercatat mengalami koreksi dana kelolaan paling dalam, yaitu 5,49 persen. Kemudian berturut-turut reksa dana pasar uang (-4,34 persen), reksa dana saham (-2,67 persen), dan reksa dana pendapatan tetap (-0,53 persen)
Jika dilihat secara unit penyertaan, reksa dana pasar uang kehilangan paling banyak unit yang beredar yakni -5,53 persen. Diikuti oleh reksa dana campuran (-1,05 persen) dan reksa dana pendapatan tetap (-0,37 persen).
Sebaliknya, unit penyertaan reksa dana saham terpantau bertumbuh 0,52 persen per akhir September 2020 dibandingkan akhir bulan sebelumnya.
Tim riset Infovesta menjelaskan, penurunan kinerja reksa dana berbasis saham disebabkan oleh Kinerja IHSG secara Month to Date (MTD) pada bulan September yang terkontraksi sebesar -7,03 persen.
Baca Juga
“Namun lebih terkendali apabila dibandingkan dengan penurunan di bulan Maret yang mencapai -16,76 persen,” demikian tulis Infovesta dalam publikasi mingguannya, seperti dikutip Bisnis, Senin (12/10/2020)
Lebih lanjut Infovesta menyebut penurunan kinerja pasar saham terimbas oleh adanya “rem mendadak” atau PSBB secara ketat yang kembali diterapkan sejak tanggal 14 September hingga 11 Oktober dalam rangka menahan laju pertumbuhan kasus Covid-19 di Indonesia.
“Kendati demikian, terlihat bahwa dampak pengadaan kembali PSBB secara ketat tidak memberikan dampak separah PSBB pertama di bulan Maret, yang mana IHSG tertekan lebih dalam dan investor asing melakukan capital outflow secara besar-besaran melalui pasar saham dan obligasi,” tambah mereka.
Melihat dampak psikologis investor yang cenderung minim, Infovesta memproyeksikan IHSG dapat meneruskan perbaikan kinerjanya sehingga dapat mendorong kinerja reksa dana berbasis saham meskipun masih terdapat beragam ketidakpastian yang perlu patut jadi perhatian investor hingga akhir tahun 2020.
"Kinerja saham yang masih undervalued dapat memberikan peluang bagi investor dengan jangka waktu investasi panjang sehingga dapat mengambil posisi di harga yang “murah” dengan harapan pemulihan kinerja saham dalam beberapa tahun kedepan," tulisnya.
Di sisi lain, penurunan kinerja yang cukup signifikan juga terjadi pada reksa dana jenis pasar uang yang disebabkan oleh penurunan unit penyertaan mencapai Rp3,24 M atau penurunan kedua terbesar di sepanjang tahun 2020 setelah penurunan di bulan Maret sebesar Rp12,40 M.
Infovesta menilai ini disebabkan karena era suku bunga yang rendah sehingga investasi pada instrumen pasar uang menjadi kurang menarik apabila dibandingkan dengan instrumen pendapatan tetap maupun saham.