Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah diprediksi melanjutkan tren penguatan setelah menanjak selama lima hari berturut-turut pada pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (11/10/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup terapresiasi 0,07 persen tau 10 poin ke level Rp14.700.
Di sisi lain, indeks dolar AS melemah 0,59 persen atau 0,548 poin ke level 93.057 terhadap sekeranjang mata uang utama.
Rupiah bukan satu-satunya mata uang Asia yang menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Apresiasi terhadap mata uang Asia dipimpin oleh mata uang yuan China yang menguat 1,38 persen dan yuan offshore China yang naik 0,77 persen.
Selama sepekan terakhir, mata uang garuda sudah menguat 1,12 persen, dan bergerak pada kisaran Rp14.605 hingga Rp14.850 per dolar AS.
Mata uang garuda juga terpantau menguat 8,03 persen sepanjang 6 bulan terakhir, meskipun masih dalam posisi terdepresiasi 5,67 persen sepanjang tahun berjalan.
Baca Juga
Sementara itu, Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada akhir pekan ini dibanderol Rp14.737 menguat 130 poin atau 0,87 persen dibandingkan posisi Senin (5/10/2020) senilai Rp14.867.
Adapun, tepat pada Minggu (11/10/2020), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan kedepan mulai tanggal 12 - 25 Oktober 2020.
Keputusan itu berdasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan surat edaran Pemprov DKI Jakarta, aktivitas indoor seperti meeting, workshop, seminar, teater, bioskop, akad nikah, pemberkatan, dan upacara pernikahan, termasuk restoran dengan fasilitas makan di tempat juga sudah diperbolehkan.
Hal ini kembali dianggap sebagai katalis positif terhadap kondisi pasar keuangan di dalam negeri.
MENGUAT TERBATAS
Tim riset Monex Investindo Futures mengatakan kinerja dolar AS yang melemah pada perdagangan akhir pekan ini disebabkan kondisi pasar yang berada dalam mood risk on setelah dorongan baru terhadap Gedung Putih untuk memajukan pembicaraan stimulus fiskal.
Lebih lanjut, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen eksternal dan internal sama-sama menjadi penggerak rupiah pada pekan ini.
“Dari internal sendiri, UU cipta kerja sebelumnya diantisipasi positif oleh pelaku pasar tapi kericuhan demo penolakan memberikan sentimen negatif ke rupiah sehingga penguatan rupiah menjadi tertahan,” ungkap Ariston kepada Bisnis, Jumat (9/10/2020).
Dari sisi eksternal, sentimen positif dari pembicaraan stimulus Amerika Serikat yangmana hal tersebut bisa membantu pemulihan ekonomi AS tertunda.
Hal ini mengakibatkan pasar keluar dari aset aman dolar AS dan masuk ke aset berisiko termasuk rupiah.
“Potensi penguatan [nilai tukar rupiah] tetap ada dengan faktor eksternal dari AS tersebut. Potensi penguatan ke arah Rp14.600 per dolar AS, resisten di level Rp14.850 per dolar AS,” sambungnya.
Di sisi lain, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyatakan dampak dari kericuhan demo akibat pengesahan UU Cipta Kerja diyakininya belum berpengaruh banyak terhadap kinerja rupiah.
“Dampak dari kericuhan demo kemarin menurut saya belum akan signifikan melemahkan rupiah,” ungkap Piter kepada Bisnis, Jumat (9/10/2020).
Omnibus law, lanjutnya, memang memberikan dampak positif berupa insentif yang begitu banyak bagi investor. Namun, aliran modal masuk Itu diperkirakannya tidak semata karena faktor tarikan omnibus law.
Kendati demikian, penguatan rupiah bisa terganjal oleh demo penolakan UU Cipta Kerja yang menurutnya bisa saja berlangsung hingga pekan depan.
Faktor dorongan di luar negeri berupa kabar baik di Amerika Serikat terkait kondisi kesehatan Trump dan rencana pencairan stimulus fiskal Amerika Serikat juga ikut memperkuat posisi nilai tukar rupiah pada pekan ini.
“Rupiah mengalami penguatan beberapa hari terakhir dan masih punya peluang untuk kembali menguat minggu depan,” sambungnya.
Proyeksi apresiasi rupiah pekan depan utamanya didorong oleh katalis tekanan pada dolar AS karena maju mundurnya stimulus fiskal.
“Rupiah saya perkirakan akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp14.600 sampai dengan Rp14.800,” tutupnya.