Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simpang Siur Stimulus AS, Bursa Asia Ditutup Variatif

Indeks Topix melemah 0,49 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,39 persen. Adapun indeks Kospi parkir di zona hijau setelah naik 0,21 persen.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -  Bursa saham Asia bergerak variatif pada sesi perdagangan Jumat (9/10/2020) setelah kabar kemunculan paket stimulus jumbo kembali mencuat.

Dikutip dari Bloomberg, indeks Topix melemah 0,49 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,39 persen. Adapun indeks Kospi parkir di zona hijau setelah naik 0,21 persen.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite terpantau menguat 1,62 persen pada perdagangan pertama sejak 30 September 2020. Adapun indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup stagnan.

Kontrak berjangka indeks S&P 500 menguat 0,5 persen menyusul berita bahwa Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kepada Ketua DPR Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump menginginkan kesepakatan tentang paket bantuan komprehensif.

Bursa AS sebelumnya ditutup menguat meskipun ada komentar yang bertentangan dari Trump dan Pelosi yang mengacaukan pasar.

Bursa global kembali ke level tertinggi sepanjang masa bulan lalu di tengah meningkatnya ekspektasi investor terhadap kemenangan Joe Biden dalam pilpres dan Partai Demokrat di Kongres dalam pemilu November mendatang akan mendukung pasar saham.

Skenario tersebut tampaknya agak menekan volatilitas bahkan ketika risiko dari perpecahan dalam pemerintahan hingga kebangkitan kembali kasus virus corona mengancam pemulihan ekonomi.

“Ada peningkatan kemungkinan ‘gelombang biru’ yang mungkin bukan menjadi hal yang buruk, karena akan ada lebih banyak kepastian terkait kebijakan, terutma kebijakan fiskal untuk mendorong perekonomian, kata ahli strategi investasi senior Goldman Sachs Group Inc., Abby Joseph Cohen, seperti dikutip Bloomberg.

Meski demikian, prospek kemunculan paket stimulus masih sulit ditebak setelah Trump menarik perwakilannya dari meja perundingan Selasa lalu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa kelanjutan paket tersebut baru akan terjadi setelah pemilihan presiden November mendatang.

"Kami cukup skeptis tidak akan ada paket stimulus sebelum pemilihan presiden AS hingga kemungkinan Januari 2021," jelas Libby Cantrill, Head of Public Policy di Pacific Investment Management Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper