Bisnis.com, JAKARTA - Pefindo telah merevisi outlook PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dari stabil menjadi negatif.
Di sisi lain, lembaga pemeringkat tersebut menetapkan kembali peringkat 'idA' untuk BRPT dan Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific sebesar maksimum Rp1,5 triliun.
Revisi pada proyeksi perseroan ini dilakukan untuk mengantisipasi arus kas masuk dari anak perusahaan yang lebih rendah secara berkelanjutan, terutama dari bisnis petrokimia yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) di peringkat idAA-/negatif) karena harga komoditas yang lebih rendah sementara leverage finansial BRPT akan meningkat dalam jangka pendek.
Sebagai informasi, pada bulan Agustus 2020, BRPT memperoleh fasilitas utang sebesar US$252,7 juta dari Bangkok Bank untuk digunakan sebagai bagian dari kontribusi perusahaan dalam struktur finansial kepada PT Indo Raya Tenaga untuk konstruksi dan pengembangan proyek pembangkit listrik ultra-super critical 2x1.000 megawatt.
Adapun, outlook akan direvisi menjadi stabil jika kinerja peringkat membaik yang tercermin dengan membaiknya profil keuangan bisnis petrokimia secara berkelanjutan dan/atau usaha penurunan utang di level induk perusahaan didukung oleh kemampuan menghasilkan arus kas dari anak-anak perusahan.
"Peringkat (idA) tersebut mencerminkan posisi pasar yang kuat dari segmen operasi utama BRPT, pembagian dividen yang baik dari anak-anak usaha inti, dan segmen energi panas bumi yang memberikan perlindungan terhadap sensitivitas siklus industri sektor petrokimia," tulis analis Niken Indriarsih dan Umar Hareddy dalam keterangannya, Kamis (9/10/2020).
Baca Juga
Dalam pandangan Pefindo, peringkat tersebut dibatasi oleh leverage keuangan yang moderat, akses tidak langsung terhadap arus kas operasional anak perusahaan, dan risiko yang melekat dengan segmen inti operasi perusahaan.
Peringkat tersebut juga bisa berada dalam tekanan jika terdapat penurunan aliran arus kas dari anak-anak perusahaan, yang dapat dipicu oleh pandemi COVID-19 yang terus berlangsung dan menyebabkan pelemahan lebih lanjut di sektor petrokimia, dan/atau bencana alam yang sangat mempengaruhi segmen geothermal.
"Peringkat tersebut belum memperhitungkan belanja modal tambahan yang didanai dari utang untuk pembangunan naphtha cracker kedua di bawah anak perusahaan BRPT, karena keputusan investasi final belum difinalisasi," tutup analis.