Bisnis.com, JAKARTA — Reksa dana syariah dapat menjadi pilihan investasi bagi investor yang mencari diversifikasi aset luar negeri.
Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan kondisi pasar yang terjadi saat ini terbilang ekstrem dibandingkan keadaan normal.
Pun, dia menyebut pola pemulihan ekonomi saat ini mengikuti bentuk huruf K alias K recovery karena terjadi perbedaan yang sangat signifikan dari saham-saham yang menguat dan saham-saham yang terjerembap.
“Ada saham yang obvious sebagai pemenang dan ada yang lain yang kalah. Di bursa kita sendiri harus diakui kinerja terbaik itu bukan saham, bukan indeks saham, bukan LQ45, atau Islamic Index, tapi sebetulnya indeks SBN,” tuturnya dalam sesi webinar “Memacu Literasi Keuangan Syariah Mendorong Pemulihan Nasional” yang diadakan Senin (5/10/2020)
Di antara saham-saham yang menjadi winner tersebut antara lain saham-saham teknologi yang terkena sentimen positif dari pandemi. Sayangnya, saham-saham tersebut banyak berada di bursa luar negeri.
Budi mengatakan karena situasi saat ini tengah menyongsong resesi, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adala mencegah mudarat atau kerugian lebih lanjut dibanding memetik manfaat.
Baca Juga
“Kita harus meneliti, tidak bisa melihat market secara keseluruhan, kita harus melakukan fundamental analisis bahkan terbuka kemungkinan kita perlu invest di luar negeri, jadi ada negara-negara yang kuat di digital ekonomi,” paparnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan reksa dana syariah yang punya portofolio saham teknologi global. Pasalnya, reksa dana syariah global memang memiliki keluwesan aturan untuk berinvestasi di saham offshore.
“Jadi itu kira-kira strateginya. Kita harus objektif melihat ke depan, saya meyarankan harus melihat secara ojektif,” ujar dia.