Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat, Kurs Jisdor Terapresiasi ke Rp14.723

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.723 per dolar AS, menguat 45 poin 18 poin atau 0,30 persen dari posisi Rp14.786 pada penutupan pekan lalu.
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020).  Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.723 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (21/9/2020)

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.723 per dolar AS, menguat 45 poin 18 poin atau 0,30 persen dari posisi Rp14.786 pada penutupan pekan lalu, Jumat (18/9/2020)

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot juga terpantau menguat 37,5 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.6797 per dolar AS pukul 10.15 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Sebelumnya, pada awal perdagangan hari ini rupiah dibuka menguat 65 poin atau 0,44 persen ke posisi Rp14.670 per dolar AS.

Rupiah menguat bersama mata uang Asia lainnya. Mata uang garuda menghijau bersama dolar Taiwan yang menguat 0,43 persen, rupee India yang naik 0,27 persen, baht Thailand yang naik 0,11 persen, dan yuan China yang naik 0,13 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah memang berpotensi melanjutkan penguatannya meskipun di rentang yang cenderung sempit.

“Dalam perdagangan minggu ini, hari Senin, mata uang Garuda masih akan kembali menguat antara 10-50 poin di kisaran level Rp14.700-Rp14.780 per dolar AS," ujar Ibrahim dikutip Senin (21/9/2020).

Ibrahim menilai pengetatan sosial pada sepekan terakhir sebenarnya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap aktivitas keseharian warga Jakarta. Di sisi lain, pemerintah juga menggelontorkan sejumlah stimulus agar konsumsi masyarakat terus berjalan.

“Walaupun kita tahu bahwa ada kemungkinan besar pada kuartal ketiga akan terjadi kontraksi (pertumbuhan ekonomi) tapi pemerintah sudah cukup sigap,” ungkapnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper